Gawat! RI Bisa Krisis Listrik Lagi, PLN Sulit Dapat Batu Bara

Verda Nano Setiawan, Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
02 August 2022 14:55
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) rupanya saat ini masih kesulitan mendapatkan suplai batu bara dari pemasok untuk kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hal ini terjadi seiring dengan tingginya harga komoditas batu bara di pasar internasional yang saat ini hampir menembus US$ 400 per ton.

EVP Batubara PT PLN (Persero), Sapto Aji Nugroho dalam paparannya membeberkan, bahwa akar permasalahan sulitnya mendapatkan suplai batu bara karena adanya disparitas harga batu bara antara ekspor yang mencapai US$ 400-an per ton dengan harga kewajiban batu bara patokan dalam negeri (DMO) yang hanya US$ 70 per ton.

Sejatinya, kata Sapto Aji, kebijakan DMO US$ 70 per ton sudah sangat baik dan memberikan kepastian pagu harga beli batu bara PLN, sehingga beban fiskal kelistrikan terukur dengan baik.

"Namun demikian, kebijakan harga DMO US$ 70 per ton belum paripurna karena belum mampu menyelesaikan permasalahan security of supply batu bara untuk menjamin keberlangsungan penyediaan listrik secara berkelanjutan," terang Sapto Aji dalam Diskusi Publik Wacana BLU Batu Bara, Selasa (2/8/2022).

Nah, saat ini kata Sapto Aji, PLN sedang menghadapi masalah fundamental yang sangat serius, di mana penambang batu bara yang kontraknya sudah berakhir enggan untuk melanjutnya kontraknya. Kemudian penambang yang belum berkontrak dengan PLN tidak ada yang mau berkontrak.

"PLN Bisa bertahan menjaga pasokan batu bara dengan mengandalkan adanya penugasan Ditjen Minerba, dengan menggunakan klausa dalam Kepmen 13/2022," terang Sapto Aji.

Ditambah lagi, saat ini perusahaan batu bara enggan menyuplai batu bara ke PLN lantaran katanya, perusahaan tersebut masih menunggu terbitnya pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) Batu Bara. Sapto bilang, pemasok mencoba menahan suplai batu bara ke PLN menunggu munculnya BLU batu bara tersebut.

"Ini akan semakin mempersulit PLN mendapatkan pasokan batu bara. Jadi pemasok yang mendapatkan penugasan dari Minerba banyak yang bersedia melaksanakan penugasan di TW 4, hal ini karena berharap BLU sudah berjalan," ungkap Sapto.

Saat ini stok batu bara PLN berada di level 19 hari operasi (HOP). Jika tidak ada kepastian dan sulitnya suplai batu bara ke PLN, tentunya HOP terus akan mengalami penurunan.

Seperti yang diketahui, pada awal Januari 2022, PLN kesulitan mendapatkan stok batu bara, hingga mengakibatkan kondisi listrik di Indonesia mengalami krisis. Akibat dari kelangkaan itu, pemerintah menyetop sementara ekspor batu bara ke luar negeri.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Miris, Tak Ada yang Mau Berkontrak Batu Bara Dengan PLN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular