
Kenaikan Harga Rumah di Inggris Melandai, Ini Penyebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga rumah Inggris naik pada Juli, namun mulai melambat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Tren itu kemungkinan akan berlanjut karena tekanan biaya hidup yang makin ketat.
Menurut pemberi pinjaman hipotek, Nationwide, Selasa (2/8/2022), hal ini juga terjadi lantaran Bank of England (BoE) terus menaikkan suku bunga.
Kenaikan harga rumah pada Juni hanya naik 0,1%, lebih rendah dibandingkan dengan Juni sebesar 0,2%. Ini adalah kenaikan terlemah sejak Juli 2021 dan berada di bawah perkiraan median dalam jajak pendapat ekonom Reuters sebesar 0,3%.
Secara tahunan, harga 11% lebih tinggi dari pada Juli 2021, meningkat dari pertumbuhan 10,7% pada Juni, tetapi kenaikan ini lebih lemah dari yang diharapkan oleh semua ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
Robert Gardner, kepala ekonom Nationwide, mengatakan pasar perumahan secara mengejutkan sejauh ini cukup baik, mengingat tekanan pada anggaran rumah tangga dan kepercayaan konsumen yang jatuh ke rekor terendah.
"Kami terus memperkirakan pasar akan melambat karena tekanan pada anggaran rumah tangga meningkat di kuartal mendatang, dengan inflasi akan mencapai dua digit menjelang akhir tahun," kata Gardner, menambahkan suku bunga BoE yang lebih tinggi juga akan mendinginkan pasar jika suku bunga hipotek naik.
Pekan lalu, data dari BoE menunjukkan tingkat persetujuan hipotek baru terendah pada Juni dalam dua tahun dan bank serta lembaga pembangunan bersiap untuk penurunan terbesar dalam permintaan hipotek sejak pertengahan 2020.
BoE telah menaikkan suku bunga lima kali sejak Desember karena mencoba untuk mengatasi lonjakan inflasi dan diperkirakan akan meningkatkan biaya pinjaman lagi pada Kamis.
Selain Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Australia juga mengalami hal yang sama. Permintaan pembelian rumah di Amerika Serikat (AS) pada Juni menurun tajam akibat naiknya tingkat hipotek dan inflasi. Ini menyebabkan harganya mengalami kenaikan yang melambat, tapi masih lebih tinggi dari tahun lalu, menurut laporan Black Knight.
Mengutip CNBC Internasional, tingkat apresiasi harga tahunan di AS turun dua poin dari 19,3% menjadi 17,3%. Kenaikan harga masih kuat dikarenakan masih ada ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan.
Mortage News Daily melaporkan tingkat rata-rata hipotek pada bulan Juni melampaui 6%. Sejak itu, menurun kembali pada kisaran 5% yang lebih rendah tapi tetap lebih tinggi dari kisaran 3% pada awal tahun 2022.
Sementara harga properti Australia anjlok akibat tingginya suku bunga yang telah menurunkan permintaan. Fenomena ini mirip saat awal krisis keuangan global (global financial crisis/GFC) atau penurunan tahun 1980-an.
Data CoreLogic, perusahaan data properti, mencatat nilai hunian turun rata-rata 1,3% secara nasional pada Juli saja. Ini menandai penurunan bulanan ketiga berturut-turut.
Properti pada lima dari delapan ibu kota negara dilaporkan jatuh, dengan Sydney turun 2,2% dan Melbourne 1,5% sementara harga di Brisbane, Canberra, dan Hobart juga mulai turun.
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inggris Lagi Krisis, Permintaan Rumah Justru Naik, Kok Bisa?