
Negara Maju "Biang Keladi" yang Mendorong Resesi?

Suku bunga memang menjadi senjata untuk mendinginkan percepatan laju inflasi suatu negara. Tujuannya untuk menarik uang beredar yang berlebihan di masyarakat. Harapannya, masyarakat akan memilih menyimpan dana di bank karena suku bunga yang naik sehingga tingkat uang beredar makin terkendali.
Akan tetapi kenaikan suku bunga akan membuat biaya konsumsi dan ekspansi bisnis akan makin mahal. Ketika bank sentral menaikkan suku bunganya, hal ini akan berpengaruh juga kepada suku bunga bank kredit konsumsi dan korporasi.
Di sisi lain, kenaikan suku bunga juga untuk menekan peredaran uang yang berlebih. Akan tetapi dikhawatirkan malah akan membuat likuiditas menjadi sangat ketat.
Akibatnya, konsumsi dan investasi akan melambat sehingga ikut menahan pertumbuhan ekonomi. Bahkan memperlambat dan yang paling dikhawatirkan adalah jadi pemicu resesi.
Bank Dunia pun sudah memberi peringatan. Pada 1970-an, saat dunia mengalami inflasi tinggi akibat kenaikan harga minyak (oil boom), bank sentral di berbagai negara juga menaikkan suku bunga acuan secara agresif.
Efek sampingnya luar biasa, ekonomi bukannya tumbuh malah terkontraksi alias minus. Bahkan sampai menyebabkan resesi global.
"Upaya pemulihan saat itu membutuhkan kenaikan suku bunga acuan secara tajam. Akan tetapi, dampaknya adalah memicu resesi global dan krisis keuangan di negara berkembang," tulis Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospect edisi Juni 2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)[Gambas:Video CNBC]