Penanganan Covid-19

Riset Terbaru: Bukti Keganasan Covid Bagi yang Belum Divaksin

Maesaroh, CNBC Indonesia
21 July 2022 12:55
Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis ketiga jenis Pfizer kepada warga saat vaksinasi booster Covid-19 di RSUI, Depok, Jawa Barat, Rabu (12/1/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis ketiga jenis Pfizer kepada warga saat vaksinasi booster Covid-19 di RSUI, Depok, Jawa Barat, Rabu (12/1/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kajian Universitas Indonesia (UI) menunjukkan vaksinasi, terutama booster, terbukti bisa menekan angka kematian secara signifikan. Studi juga menunjukkan kalangan lanjut usia (lansia) yang belum mendapatkan vaksinasi booster menjadi kelompok paling rawan terhadap risiko kematian akibat Covid-19.

Laporan UI berjudul "Analisis Kematian Covid-19 di Indonesia, 1 Januari -30 Juni 2022" menunjukkan risiko kematian terbesar akibat Covid-19 adalah mereka yang berusia dia atas 60 tahun (4%), kemudian 55-59 tahun (1,6%) 50-54 tahun (0,9%), 45-49 tahun (0,6%) dan 40-44 tahun (0,4%).

Analisis 1.792.360 kasus Covid-19 di Indonesia pada semester I-2022 juga menunjukkan orang yang sama sekali belum mendapatkan vaksin berisiko meninggal 28 kali lebih besar dibandingkan orang yang sudah mendapatkan vaksin booster atau 2,8%.

Risiko kematian mengecil bagi mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis pertama yakni 15 kali atau 1,5%, risiko penerima vaksinasi lengkap menjadi enak kali lebih besar atau 0,6%. Mereka yang sudah menerima vaksinasi booster hanya berisiko sebesar 0,1%.


Studi juga menunjukkan kelompok lansia yang sama sekali belum mendapatkan vaksinasi Covid-19 memiliki risiko meninggal 23 kali lebih besar dibandingkan lansia yang sudah mendapatkan vaksin booster atau 9,3%.

Risiko lebih rendah terjadi bagi mereka yang baru mendapatkan vaksinasi satu dosis yakni 14 kali dibandingkan lansia yang sudah mendapatkan vaksin booster atau 5,6%.

Lansia yang mendapatkan dua dosis atau dosis lengkap berisiko meninggal 11 kali lebih besar dibandingkan lansia yang sudah mendapatkan vaksin atau 4,2%.
Sementara, lansia yang sudah mendapatkan vaksin booster hanya berisiko 0,4% dari kematian akibat Covid-19.

Studi dilakukan kepada 168.956 kasus Covid-19 pada lansia di Indonesia sepanjang 1 Januari - 30 Juni 2022. Sebagai catatan, pada periode tersebut, Indonesia melaporkan kasus kematian sebanyak 12.643 jiwa untuk semua kalangan umur.

Pandu Riono, epidemiolog UI yang terlibat dalam studi tersebut, mengingatkan kelompok lansia selalu menjadi yang paling berisiko terhadap kematian akibat Covid-19. Risiko mereka meningkat jika belum mendapatkan vaksinasi.

"Mereka berisiko tapi risiko akan menurun kalau mendapatkan vaksinasi. Vaksinasi sangat penting untuk memperkuat imunitas. Imunitas dari Covid dibangun melalui makanan dan jamu-jamuan. Dibutuhkan imunitas khusus," tutur Pandu, kepada CNBC Indonesia.

Kelompok usia 6-17 tahun juga relatif tahan terhadap risiko meninggal meskipun belum mendapatkan vaksinasi booster.

Risiko kematian pada kelompok usia ini sebesar 0,2% bagi mereka yang baru mendapatkan vaksinasi satu dosis sementara 0% bagi yang sudah vaksinasi lengkap. Pada kelompok usia 18-59 tahun, risiko meninggal meningkat menjadi 2,1% bagi yang sama sekali belum mendapatkan vaksinasi.

Risiko berkurang menjadi 1% bagi mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis satu dan semakin mengecil menjadi 0,4% bagi penerima vaksinasi lengkap.

Studi UI juga menunjukkan belum ditemukan kasus meninggal pada kelompok usia 18-59 tahun yang sudah menerima vaksinasi booster.



Besarnya dampak vaksinasi booster untuk menekan kematian inilah yang membuat pemerintah kembali mewajibkan booster sebagai syarat perjalanan. Mulai 17 Juli, mereka yang belum mendapatkan vaksinasi booster harus menyertakan hasil tes Covid-19 jika ingin bepergian.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan penerima vaksinasi booster hingga kemarin baru mencapai 53,6 juta atau 25,7% dari target.
Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan Malaysia yang berada di kisaran 49,5% atau Singapura yang sudah di atas 70%.

Jumlah penerima vaksin booster sempat melonjak pada periode Maret-April 2022 setelah pemerintah mengumumkan vaksinasi booster sebagai syarat perjalanan mudik.

Penerima vaksinasi booster pada periode 24 Maret-29 April 2022 mencapai 21,14 juta. Bandingkan pada periode awal Juni hingga kemarin atau dalam 1,5 bulan terakhir yang hanya bertambah 7,9 juta.

Pandu mengingatkan penting bagi pemerintah, terutama pemerintah daerah untuk berpikir kreatif dalam meningkatkan partisipasi vaksinasi booster. Salah satu caranya adalah dengan memberikan insentif kemudahan layanan administrasi kepada mereka yang sudah booster. Insentif tersebut sudah dipraktekkan di wilayah Bali.

"Pemda harus serius. Jika ada orang yang akan mengurus administrasi, bisa cek sudah di-booster belum. Kalau yang belum diminta booster, kalau yang sudah diberikan kemudahan." Imbuhnya.

Sebelumnya, sejumlah daerah juga memberikan insentif berupa beras atau sembako untuk meningkatkan partisipasi warganya dalam mengikuti vaksinasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular