Kasus Kematian Akibat Covid-19 di RI Melonjak, Alarm Bahaya?

Maesaroh, CNBC Indonesia
18 July 2022 12:05
Suasana aktivitas di luar Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Jakarta, Kamis (3/2/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Suasana aktivitas di luar Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Jakarta, beberapa waktu lalu. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia terus meningkat selama dua bulan terakhir. Tambahan kasus baru pada sepekan terakhir bahkan melonjak 36%.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tambahan kasus Covid-19 selama sepekan terakhir (11-17 Juli) menembus 23.648, atau meningkat 36% dibandingkan pekan sebelumnya yang mencapai 17.388.

Kenaikan kasus pekan kemarin jauh lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya (29.13) atau dua pekan sebelumnya (8,8%). Dengan kenaikan pada sepekan terakhir berarti kasus Covid-19 di Indonesia sudah meningkat selama delapan pekan atau dua bulan.




Kasus Covid-19 di Indonesia mulai melonjak pada akhir Mei tahun ini seiring masuknya virus Corona subvarian Omicron BA.4, BA.5. Kenaikan kasus bahkan pernah melompat hingga 105,7%.

Pada Sabtu (16/7/2022), kasus Covid-19 bahkan menyentuh 4.329 atau tertinggi sejak 25 Maret 2021. Sebagai catatan, tambahan kasus harian Covid-19 di Indonesia juga tidak pernah menyentuh angka 4.000 sejak 26 Maret atau tiga bulan lebih.

Tingginya kasus Covid-19 disebabkan masih besarnya tambahan kasus di Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Ketiga provinsi tersebut merupakan episentrum gelombang III Covid-19 yang dipicu varian Omicron dan subvarian Omicron BA.4, BA.5.

Dalam sepekan terakhir, tambahan kasus Covid di Jakarta mencapai 11.922 atau naik 28,1% dibandingkan pekan sebelumnya. Lonjakan kasus di Jawa Barat mencapai 39,3% atau sebanyak 4.563.

Di Jawa Timur, kasus bertambah sebanyak 1.519 atau melesat 46,2% dalam sepekan. Sementara itu, tambahan kasus di Banten melonjak 46,7% atau sebanyak 3.017 kasus.

Kasus kematian juga meningkat tajam. Dalam sepekan terakhir, kasus kematian menembus 54 jiwa, melonjak 38,1% dibandingkan pekan sebelumnya (42 jiwa). Pada pekan sebelumnya, kasus kematian tercatat 32 jiwa.



Rata-rata positivity rate dalam sepekan terakhir juga masih berada di angka 5,34%. Turun sedikit dibandingkan pada pekan sebelumnya yang tercatat 5,45%. Kendati turun tipis, rata-rata positivity rate selama dua pekan terakhir ada di atas batas aman yang disarankan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni 5%.

Pemerintah kembali memperketat syarat perjalanan sebagai upaya untuk mengurangi lonjakan kasus. Mulai kemarin atau 17 Juli 2022, setiap pelaku perjalanan harus menunjukkan bukti negatif tes Covid-19. Perkecualian diberikan kepada mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi booster.

Untuk yang baru mendapatkan vaksinasi dosis kedua, mereka wajib menyertakan
hasil negatif rapid tes antigen 1x24 jam atau PCR 3x24 jam. Sementara yang baru mendapatkan vaksinasi dosis I harus menyertakan hasil negatif RT-PCR 3X24 jam.

Dicky Budiman, epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, mengatakan pengetatan kebijakan memang harus difokuskan kepada screening atau pencegahan, seperti halnya syarat perjalanan.

Sebab, pengetatan kebijakan seperti Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat sudah sulit dilakukan sekarang ini.

"Harus lebih diarahkan kepada penguatan screening. Syarat vaksinasi booster dan antigen saya rasa sudah memadai," tutur Dicky, kepada CNBC Indonesia.

Hingga kemarin, penerima vaksin booster di Indonesia baru mencapai 53,06 juta orang atau 25,4%. Jumlah ini jauh di bawah Malaysia yang sudah mencapai 49,5% atau Singapura yang di atas 70%.

Jumlah penerima vaksin booster sempat melonjak pada periode Maret-April 2022 setelah pemerintah mengumumkan vaksinasi booster sebagai syarat perjalanan mudik.

Penerima vaksinasi booster pada periode 24 Maret-29 April 2022 mencapai 21,14 juta. Bandingkan pada periode awal Juni hingga kemarin atau dalam 1,5 bulan terakhir yang hanya bertambah 7,38 juta.



Dicky mengingatkan pemerintah juga harus terus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengikuti program vaksinasi. Komunikasi dengan masyarakat sehingga masyarakat tetap perduli pada surveillance pandemi.

"Setidaknya ditingkatkanlah kampanye 5M. Komunikasi risiko harus terus dibangun sehingga tidak cepat eforia kalau kasus turun. Masyarakat juga akan lebih siap menghadapi varian berikutnya," imbuh Dicky.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular