
Jangan Senang Dulu! Ada Ancaman Ini Mengintai Neraca Dagang

Harga komoditas diperkirakan akan melandai pada semester II tahun ini karena perlambatan ekonomi dan kekhawatiran resesi.
Melandainya harga komoditas tercatat dari sejumlah indikator . Indeks pangan Badan Pangan Dunia (FAO Food Price Index) pada Juni tahun ini tercatat 154,2, melandai 2,3% dibandingkan Mei. FAO Food Price Index sudah melemah tiga bulan beruntun. Harga minyak nabati seperti minyak sawit mentah (CPO) juga sudah jauh melandai.
Penurunan karena melandainya harga minyak nabati, sereal, dan gula turun.
Harga CPO juga terus melandai ke posisi MYR 3568 per ton, rekor terendah sejak 30 Juni pada penutupan perdagangan kemarin. Harga CPO sudah amblas 33,3% dalam sebulan dan 11,8% dalam setahun.
Harga emas sudah amblas 7,6% sebulan dan 5,2% setahun. Bijih besi juga amblas 20,8% sebulan dan 52,6% setahun karena melemahnya permintaan. Harga baja sudah menyusut 15,7% sebulan dan 22,2% setahun.
Harga tembaga anjlok 21,1% sebulan dan 25,2% setahun sementara nikel amblas 24,9%s ebulan dan 3,1% setahun.
"Harga komoditas mulai masuk ke tren pelemahan di tengah resesi global. Kondisi ini bisa berdampak kepada kinerja ekspor pada semester II," tutur ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman, dalam Macro Brief.
Di sisi lain, impor akan terus meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi dan membaiaknya permintaan masyarakat.
"Kita memperkirakan surplus pada neraca perdagangan akan mengecil akrena impor akan meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi," imbuhnya.
Bank Mandiri juga memperkriakan banyak produsen yang akan melakukan frontloading impor untuk menghindari pelemahan rupiah. Kondisi ini membuat impor membengkak ke depan.
Mirae Asset Sekuritas dalam laporannya Economic Outlook Recovery mengatakan memburuknya outlook perekonomian global akan berdampak terhadap ekspor Indonesia ke depan.
"Perekonomian global menghadapi risiko pelemahan sehingga akan berdampak negatif kepada kinerja ekspor hingga akhir tahun. Harga komoditas juga akan melandai. Kami memperkirakan surplus neraca perdagangan akan menyusut di saat yang bersamaan impor aakn terus naik," tutur Rully Arya Wisnubroto dari Mirae Asset Sekuritas.
Wisnu Wardana juga memperkirakan neraca perdagangan akan terus menyusut karena melandainya perdagangan global. Pelemahan rupiah akan membuat nilai impor semakin besar.
Meningkatnya permintaan masyarakat serta pemulihan ekonomi juga akan membuat impor minyak semakin membengkak sehingga surplus menyusut.
Sebagai catatan, impor migas Indonesia menembus US$ 3,67 miliar pada Juni atau melonjak 60% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.