Jakarta, CNBC Indonesia - Isu resesi dunia tengah berhembus kencang di negara-negara di dunia. Kini negara-negara Eropa yang diyakini sedang memasuki fase resesi di mana nilai tukar eoro terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mulai merosot serta indikator makro lainnya telah melemah.
Subbraman, Kepala Ekonom Nomura dalam acara Street Signs Asia memproyeksikan dalam 12 bulan ke depan, zona euro, Inggris, Jepang, Australia, Kanada dan Korea Selatan juga akan mengalami resesi.
"Kenaikan suku bunga yang agresif artinya kita melihat kebijakanfront loading. Dalam beberapa bulan kami telah melihat risiko resesi, dan sekarang beberapa negara maju benar-benar jatuh ke jurang resesi," tambah Subbraman.
Ketika datang pertanyaan kapan resesi akan dimulai pada negara-negara Eropa, para ekonom memperkirakan awal kuartal II-2022 sebagai awal dimulainya resesi dalam retrospeksi.
Eropa berada tepat di tengah badai dari rantai pasokan, dari krisis energi, dan jelas dekat dengan dampak perang Rusia-Ukraina.
Harga komoditas energi di Eropa telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir di tengah sanksi Rusia. Ini juga diperparah oleh laju inflasi yang memicu krisis biaya hidup.
Berdasarkan laporan Sentix Economic Index, salah satu lembaga riset yang berada di Jerman mengungkapkan bahwa negara-negara Eropa sudah memulai resesinya. Kondisi ini dilihat dari indeks ekonomi yang disurvey sentix kembali memburuk.
Data terkini dari indeks siklus bisnis mengungkapkan indeks ekonomi semakin melemah. Indeks keseluruhan jatuh 11 poin setelah Maret telah melemah. Ditambah lagi kondisi ekonomi negara-negara Eropa yang mulai menyusut. Karena situasi saat ini dipenuhi sentimen negatif, maka asumsinya negara-negara Eropa telah menghadapi awal resesi.
Pertumbuhan ekonomi di zona Euro kian tertekan pada Juni, menurut hasil survei, di tengah terpaan kenaikan harga komoditas utama dunia yang mengaburkan prospek pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
Krisis di Benua Biru itu memberikan ruang yang sulit bagi Bank Sentral Eropa untuk mendongkrak suku bunga. Pasalnya, bila suku bunga naik dikhawatirkan daya beli melemah dan justru menimbulkan resesi.
Sekadar informasi, gas Rusia banyak mengalir ke Eropa dengan besaran 167,7 miliar meter kubik pada tahun 2020. Jumlah ini setara 37,5% total impor gas alam Eropa.
Resesi Eropa, terutama dipicu oleh kenaikan harga energi. Ketergantungan Eropa terhadap pasokan energi dari Rusia melambungkan inflasi di kawasan tersebut mencapai rekor tertingginya dalam puluhan tahun.
Karena tren inflasi yang masih cukup dinamis, investor tidak mengharapkan bank sentral dapat menyelamatkan dengan kebijakan moneter yang lebih longgar, bahkan lebih ekspansif. Ekonomi dan pasar saham dengan demikian diserahkan kepada perangkat mereka sendiri. Bagi banyak investor, ini adalah pengalaman baru dengan risikonya sendiri.
Sementara itu, nilai mata uang euro mengalami penurunan yang cukup drastis terhadap dolar. Bahkan, nilai mata uang yang digunakan di 19 negara Benua Biru itu kali ini harus jatuh di bawah satu dollar Amerika Serikat (AS) pertama kali sejak 2002 atau 20 tahun lalu.
Dalam 20 tahun sejarahnya, euro adalah mata uang kedua yang paling dicari dalam cadangan devisa global. Perputaran harian dalam euro/dolar juga merupakan yang tertinggi di antara mata uang di pasar global dengan nilai hingga US$ 6,6 triliun per hari.
Data lonjakan inflasi meningkatkan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS.
Kepala ekonom makro di Equiti Capital di London, Stuart Cole, mengatakan bahwa situasi krisis di Eropa menjadi penyebab larinya ketertarikan investor dari mata uang euro ke dollar AS.
Sejumlah menteri keuangan di Uni Eropa memutuskan untuk fokus dalam menahan inflasi meski pertumbuhan ekonomi di Benua Biru diprediksi melambat.
Wakil Presiden Komisi Valdis Dombrovskis mengatakan pada pertemuan bulanan reguler yang disebut Eurogroup, eksekutif Uni Eropa merevisi perkiraan ekonominya di mana menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat dan inflasi yang lebih tinggi.
Pada Mei lalu, Komisi Uni Eropa telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk 19 negara menjadi 2,7% tahun ini dari 4 persen yang diprediksi pada Februari. Sementara, proyeksi ekonomi tahun depan sebesar 2,3% dari sebelumnya diprediksi 2,7% Inflasi Mei diperkirakan menjadi 6,1
Menurut laporan Sentix, Ekonomi yang pertama terpukul adalah Jerman juga akan meluncur ke dalam resesi. Pada awal April, indeks ekonomi secara keseluruhan turun menjadi -17,1 poin, level terendah sejak Juni 2020, dan indeks situasi merosot 14,8 poin menjadi -4,8 poin.
Harapan turun tajam lagi. Pada titik -28,8, Sentix mencatat nilai terburuk sejak Januari 2009. Data tersebut belum memperhitungkan fakta bahwa sebenarnya akan ada gangguan pasokan energi. Selain konflik Ukraina, di atas segalanya keadaan inflasi yang menyertainya dan ketidakseimbangan yang semakin jelas di sektor logistik yang meresahkan konsumen dan perusahaan.
Kawasan Uni Eropa memang diperkirakan akan mengalami resesi yang lebih dalam dibandingkan AS jika Rusia memangkas sepenuhnya pasokan gas ke kawasan tersebut. Nomura memperkirakan ekonomi AS dan kawasan Uni Eropa akan terkontraksi sebesar 1% pada 2023. Negara di kawasan Eropa kemungkinan akan mengalami kontraksi ekonomi pada semester kedua tahun ini. Resesi kemungkinan akan berlanjut hingga musim panas 2023.
Inflasi Jerman pada Juni 2022 tercatat melandai jadi 7,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 7,9% yang menjadi angka tertinggi sejak musim dingin 1973/1974.
Berdasarkan data Kantor Statistik Federal Jerman yang dirilis Rabu (13/7/2022), inflasi Juni 2022 tersebut sesuai dengan ekspektasi dan konsensus para analis sebesar 7,6%.
Sementara itu, inflasi Jerman pada Juni 2022 secara bulanan (month-to-month/mtm) tercatat sebesar 0,1%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,9%.
Seperti telah diproyeksi sebelumnya, harga bahan bakar sedikit menurun dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya dengan adanya pemotongan pajak bensin dan solar. Alhasil, laju inflasi dapat sedikit diredam.
Meskipun demikian, setidaknya hingga akhir tahun Jerman masih akan berada dalam tren inflasi tinggi.
Pertumbuhan akan jauh lebih lemah dari yang diharapkan di hampir semua negara. Eropa yang paling terpukul karena sangat rentan terhadap konflik di Eropa Timur karena impor energi dan arus pengungsi.
Secara internasional, penurunannya lebih kecil, tetapi trennya sama di mana-mana. Baik situasi maupun skor ekspektasi terus turun. Tidak ada wilayah yang saat ini mampu menahan momentum negatif. Bahkan kawasan penting Asia sudah berjuang dengan stagnasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA