Internasional

Waspadalah Negara-Negara Eropa, Resesi Dimulai!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
15 July 2022 11:30
Jembatan Terpanjang di Eropa, Crimea, rusia, krimea
Foto: Pemandangan jembatan yang menghubungkan Rusia dan semenanjung Crimea di dekat Kerch, Crimea, Senin (26/11/2018). Jembatan sepanjang 19 kilometer (11,8 mil), yang memakan waktu dua tahun untuk membangun dan menelan biaya $3,6 miliar adalah proyek Putin untuk menunjukkan bahwa Crimea telah bergabung dengan Rusia untuk selamanya. (AP Photo)

Krisis di Benua Biru itu memberikan ruang yang sulit bagi Bank Sentral Eropa untuk mendongkrak suku bunga. Pasalnya, bila suku bunga naik dikhawatirkan daya beli melemah dan justru menimbulkan resesi.

Sekadar informasi, gas Rusia banyak mengalir ke Eropa dengan besaran 167,7 miliar meter kubik pada tahun 2020. Jumlah ini setara 37,5% total impor gas alam Eropa.

Resesi Eropa, terutama dipicu oleh kenaikan harga energi. Ketergantungan Eropa terhadap pasokan energi dari Rusia melambungkan inflasi di kawasan tersebut mencapai rekor tertingginya dalam puluhan tahun.

Karena tren inflasi yang masih cukup dinamis, investor tidak mengharapkan bank sentral dapat menyelamatkan dengan kebijakan moneter yang lebih longgar, bahkan lebih ekspansif. Ekonomi dan pasar saham dengan demikian diserahkan kepada perangkat mereka sendiri. Bagi banyak investor, ini adalah pengalaman baru dengan risikonya sendiri.

Sementara itu, nilai mata uang euro mengalami penurunan yang cukup drastis terhadap dolar. Bahkan, nilai mata uang yang digunakan di 19 negara Benua Biru itu kali ini harus jatuh di bawah satu dollar Amerika Serikat (AS) pertama kali sejak 2002 atau 20 tahun lalu.

Dalam 20 tahun sejarahnya, euro adalah mata uang kedua yang paling dicari dalam cadangan devisa global. Perputaran harian dalam euro/dolar juga merupakan yang tertinggi di antara mata uang di pasar global dengan nilai hingga US$ 6,6 triliun per hari.

Data lonjakan inflasi meningkatkan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS.

Kepala ekonom makro di Equiti Capital di London, Stuart Cole, mengatakan bahwa situasi krisis di Eropa menjadi penyebab larinya ketertarikan investor dari mata uang euro ke dollar AS.

Sejumlah menteri keuangan di Uni Eropa memutuskan untuk fokus dalam menahan inflasi meski pertumbuhan ekonomi di Benua Biru diprediksi melambat.

Wakil Presiden Komisi Valdis Dombrovskis mengatakan pada pertemuan bulanan reguler yang disebut Eurogroup, eksekutif Uni Eropa merevisi perkiraan ekonominya di mana menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat dan inflasi yang lebih tinggi.

Pada Mei lalu, Komisi Uni Eropa telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk 19 negara menjadi 2,7% tahun ini dari 4 persen yang diprediksi pada Februari. Sementara, proyeksi ekonomi tahun depan sebesar 2,3% dari sebelumnya diprediksi 2,7% Inflasi Mei diperkirakan menjadi 6,1

(aum/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular