Perang Rusia-Ukraina, 71 Juta Orang Jatuh Miskin! RI Aman?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
08 July 2022 11:45
SRI LANKA-CRISIS/EMIGRATION
Foto: REUTERS/DINUKA LIYANAWATTE

Dampak tingginya harga pangan dan energi pada tingkat kemiskinan lebih drastis jika dibandingkan goncangan pada masa pandemi Covid-19. Berdasarkan analisis UNDP terhadap 159 negara berkembang secara global menunjukkan bahwa lonjakan harga komoditas utama sudah memiliki dampak langsung dan menghancurkan pada rumah tangga termiskin, dengan titik panas yang jelas di Balkan, negara-negara di wilayah Laut Kaspia dan Afrika Sub-Sahara (khususnya wilayah Sahel).

"Lonjakan harga yang belum pernah terjadi sebelumnya berarti bahwa bagi banyak orang di seluruh dunia, makanan yang mereka mampu kemarin tidak lagi dapat diperoleh hari ini," kata Achim Steiner, administrator UNDP.

"Krisis biaya hidup ini membawa jutaan orang ke dalam kemiskinan dan bahkan kelaparan dengan kecepatan yang menakjubkan dan dengan itu, ancaman peningkatan kerusuhan sosial tumbuh dari hari ke hari" tambahnya.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia kembali direvisi. Bahkan lebih rendah dari sebelumnya. Ekonomi global pun hanya sejengkal dari jurang krisis akibat stagflasi.

Pada laporan terbaru tentang Prospek Ekonomi Global yang dirilis oleh Bank Dunia, Ekonomi global diproyeksikan melambat menjadi 2,9% pada tahun 2022, lebih rendah dari proyeksi Januari sebesar 4,1%. Jika dibandingkan dengan tahun 2021 jauh melambat. Tahun lalu ekonomi global bertumbuh 5,7%. 

Bank Dunia menilai invasi Rusia ke Ukraina memperparah perlambatan ekonomi global, yang notabene belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi Covid-19. Perekonomian dunia kini diprediksi memasuki periode pertumbuhan lemah yang berkepanjangan seiring meningkatnya laju inflasi.

Dalam kondisi yang sulit saat ini, Negara-negara telah mencoba untuk mengurangi dampak terburuk dari krisis saat ini dengan menggunakan pembatasan perdagangan, potongan pajak, subsidi energi dan transfer tunai yang ditargetkan.

Dalam laporan tersebut, di tengah kondisi krisis energi yang terjadi bantuan tunai dinilai lebih adil dan hemat biaya daripada subsidi menyeluruh. Subsidi energi secara tidak proporsional justru akan menguntungkan orang-orang kaya dan akan lebih sedikin manfaatnya bagi penduduk miskin.

Lonjakan harga pangan dan energi sangat memukul negara-negara berpenghasilan rendah. Mereka kemungkinan membutuhkan lebih banyak hibah dan pembiayaan yang fleksibel.

"Subsidi energi menyeluruh dapat membantu dalam jangka pendek, dalam jangka panjang mereka mendorong ketidaksetaraan, semakin memperburuk krisis iklim, dan tidak melunakkan pukulan langsung dari kenaikan biaya hidup seperti halnya bantuan tunai yang ditargetkan," kata penulis laporan George Gray Molina, Kepala Keterlibatan Kebijakan Strategis UNDP.

Menurut IMF, negara-negara harus melakukan reformasi untuk meningkatkan transparansi utang dan memperkuat kebijakan pengelolaan utang untuk mengurangi risiko. Sekitar 60% negara berpenghasilan rendah sudah berada dalam, atau berisiko, kesulitan utang. Naiknya suku bunga di negara-negara ekonomi terkemuka dapat melebar ke negara-negara dengan fundamental yang lebih lemah, sehingga biaya pinjaman menjadi lebih mahal.

Perlu diketahui bahwa moratorium utang resmi selama 2 tahun harus dipertimbangkan untuk membantu semua negara berkembang untuk bangkit kembali dari kondisi krisis ini. Bank Dunia mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 saja telah mendorong utang di negara-negara berkembang ke level tertinggi dalam 50 tahun, setara dengan lebih dari dua setengah kali pendapatan mereka.

Negara-negara yang menghadapi dampak paling drastis dari krisis di semua garis kemiskinan adalah Armenia dan Uzbekistan di Asia Tengah, Burkina Faso, Ghana, Kenya, Rwanda, dan Sudan di Afrika Sub-Sahara, Haiti di Amerika Latin, dan Pakistan dan Sri Lanka di Asia Selatan.

Sementara di Ethiopia, Mali, Nigeria, Sierra Leone, Tanzania, dan Yaman, dampaknya bisa sangat keras di garis kemiskinan terendah. Sedangkan di Albania, Republik Kirgistan, Moldova, Mongolia, dan Tajikistan, pukulan paling keras bisa terjadi.

(aum/aum)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular