
Simak! Kondisi Ekonomi Terkini, Biang Kerok IHSG Longsor 3%

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi perekonomian global yang semakin memburuk membuat gejolak di pasar keuangan tidak terhindarkan. Ramai-ramai modal mengalir ke luar.
Bahkan di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok sampai 3%. Nilai tukar rupiah juga semakin tak berdaya, kini semakin mendekati level 15.000 per dolar AS.
Kondisi Ekonomi Dunia Terkini
Dana Moneter Internasional (IMF) sebelumnya memangkas proyeksi atas pertumbuhan ekonomi global. Bahkan untuk 2023 mendatang, IMF memproyeksikan ekonomi dunia akan mendekati resesi.
Hal ini tertulis dalam ringkasan laporan IMF yang bertajuk World Economic Outlook: War Sets Bank The Global Recovery, dikutip CNBC Indonesia
Pada 2022, ekonomi dunia diperkirakan hanya mampu tumbuh 3,6% lebih rendah dari yang sebelumnya diramal 3,8%. Untuk 2023, akan menjadi lebih buruk karena ekonomi diperkirakan hanya tumbuh 0,2%-0,8%.
Bank Dunia memperkirakan ekonomi dunia hanya akan tumbuh 2,9%, sekitar 1,2 poin persentase di bawah perkiraan Januari lalu. Padahal, pemulihan pertumbuhan menjadi 5,1% sempat terjadi di 2021 menyusul meredanya pandemi.
"Risiko dari stagflasi cukup besar dengan konsekuensi yang berpotensi mengganggu stabilitas bagi ekonomi berpenghasilan rendah dan menengah," kata Presiden Bank Dunia David Malpass.
"Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari," ujarnya.
Dan, tambahnya, jika risiko terhadap prospek terwujud, pertumbuhan global dapat melambat bahkan lebih tajam. "Ini memicu resesi di seluruh dunia" ujar Malpass memperingatkan lagi.
Citigroup kini memprediksi perekonomian global akan mengalami resesi dalam 18 bulan ke depan, dengan probabilitas sebesar 50%. Citigroup melihat, dengan inflasi yang sangat tinggi, maka daya beli masyarakat yang merupakan motor penggerak perekonomian akan tergerus.
Apalagi, resesi jika terjadi kali ini berbeda dengan saat awal pandemi penyakit Covid-19, di mana perekonomian bisa cepat pulih begitu kebijakan pembatasan sosial dilonggarkan.
Resesi yang mungkin terjadi kali ini akibat tingginya inflasi. Jika inflasi tersebut terus tinggi dalam waktu yang lama, resesi juga bisa berlangsung lama.
Ekonomi Indonesia Mulai Mengkhawatirkan
Kekhawatiran akan perekonomian Indonesia mulai dirasakan kalangan investor. Pertama dari sisi inflasi yang sudah melebihi asumsi pemerintah maupun Bank Indonesia (BI).
"Ini udah lebih tinggi dan perlu jadi perhatian khusus, khawatir inflasi seperti di AS," ujar Ekonom PT Bank BCA Tbk David Sumual kepada CNBC Indonesia.
Inflasi IHK Juni 2022 tercatat 4,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya. Inflasi inti pada Juni 2022 tercatat 0,19% (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi Mei 2022 yang sebesar 0,23% (mtm).
S&P Global juga baru mengumumkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia periode Juni 2022 berada di 50,2.
Pencapaian Juni turun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 50,8. Skor PMI manufaktur Indonesia memang sudah 10 bulan beruntun di atas 50, tetapi Juni menjadi yang terendah.
"Investor akan kalkulasi ulang, pasar modal juga tertekan, karena ada ekspektasi yang akan lebih tinggi dari sekarang," terang David.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Pusat Perbelanjaan di Tengah Ramalan Ekonomi Suram