Internasional

Negara Ini Jadi 'Kompor', Desak Putin Gunakan Senjata Nuklir

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
04 July 2022 12:35
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Kirgistan Sadyr Japarov, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev dan Presiden Tajikistan Emomali Rakhmon memasuki aula sebelum pertemuan para pemimpin Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) ) negara-negara anggota di Kremlin di Moskow, Rusia, Senin, 16 Mei 2022. (Alexander Nemenov/Pool Photo via AP)
Foto: Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Kirgistan Sadyr Japarov, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev dan Presiden Tajikistan Emomali Rakhmon memasuki aula sebelum pertemuan para pemimpin Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) ) negara-negara anggota di Kremlin di Moskow, Rusia, Senin, 16 Mei 2022. (Alexander Nemenov/Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dilaporkan mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri tekanan dari Barat dengan serangan nuklir.

Seruan Lukashenko muncul sesaat setelah negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS), meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina untuk membantu negara itu mempertahankan diri dari serangan Rusia.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden diketahui telah mengumumkan bantuan militer tambahan sebesar US$ 820 juta untuk Ukraina.

"Rusia harus siap untuk mengerahkan senjata nuklir untuk melawan hegemoni global Barat," kata Lukashenko selama pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Serger Lavrov di Minsk, mengutip Express, Senin (4/7/2022).

Menurut badan milik negara Belarusia BelTA, pertemuan empat mata Lavrov dan Lukashenko membahas keamanan negara dan kebijakan luar negeri mereka di tengah perang Ukraina. Lukashenko juga menuduh Barat mempromosikan bias di tengah perang yang sedang berlangsung.

"Kita harus siap. Pada tahun 1941, Anda dan saya tidak ambil bagian. Tetapi kita memiliki ingatan sejarah. Ketika kita berpikir, percaya, itulah sebabnya kita percaya. Tetapi kita harus tetap waspada di semua bidang," ujarnya.

Sementara itu, Lavrov dilaporkan mengatakan Rusia dan Belarusia akan dengan tegas mempertahankan bahwa kepentingan keamanan mereka yang sah saat NATO bertindak agresif.

"Kami selalu mendukung dialog. Kami selalu mendukung keputusan yang memastikan kesetaraan dan keseimbangan kepentingan," kata Lavrov.

Sebagaimana diketahui, Lukashenko merupakan sekutu terakhir Putin yang tersisa. Kini dunia, terutama negara-negara besar telah bersatu di belakang Ukraina dalam pertahanannya melawan serangan Putin.

Pada pertemuan puncak di Moskow untuk menandai ulang tahun ke-20 Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) atau aliansi militer negara-negara pasca-soviet, Lukashenko adalah satu-satunya pemimpin yang menyerukan aliansi untuk menyatukan pasukannya guna melindungi Rusia.

"Tanpa front persatuan, Barat kolektif akan membangun tekanan di ruang pasca-Soviet," katanya dalam sebuah pidato.

Berbicara di sebuah forum hari Minggu lalu, Lukashenko juga meminta negara-negara pasca-Soviet untuk mencari hubungan yang lebih dekat dengan Rusia untuk menjaga kedaulatan dan kemerdekaan mereka.


(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Dapat Hadiah Ulang Tahun Seberat 6 Ton, Ternyata Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular