
Rusia Dilanda Beberapa Demo, Putin Goyang?

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa demonstrasi warga dilaporkan mulai terjadi di Rusia. Hal ini disebabkan ketidakpuasan warga pasca penjatuhan sanksi ekonomi dari Barat ke negara itu akibat serangan Moskow ke Ukraina.
Mantan asisten khusus Kepresidenan Amerika Serikat (AS) William Courtney mengatakan Kremlin saat ini telah menutupi fakta-fakta terkait protes warga itu. Bahkan, disebutkan juga ada beberapa warga yang ingin menggulingkan Presiden Vladimir Putin karena perintahnya untuk menyerang Ukraina berdampak besar bagi masyarakat.
"Tampaknya ada kerusuhan di Moskow. Misalnya, salah satu ekonom liberal terkemuka adalah rektor universitas di sana dan baru saja ditahan dalam apa yang tampaknya merupakan upaya bermotif politik," ujarnya dikutip Express, Senin (4/7/2022).
"Jadi itu bisa menjadi tanda bahwa Kremlin, yang dijalankan oleh mantan perwira KBG, kesal dengan kebenaran ekonomi yang dikatakan para ekonom tentang kerusakan ekonomi," ujarnya.
"Ekonomi telah menderita dan akan lebih menderita. Ini akan berdampak langsung pada standar hidup orang Rusia. Itu akan turun," tambahnya.
Setelah menerima sanksi ekonomi dan perdagangan Barat, ekonomi Rusia sendiri diprediksi mengalami kontraksi yang cukup dalam. Institute of International Finance, kelompok perdagangan perbankan global, meramal ekonomi Rusia di 2022 akan melambat 15%. Sementara di 2023 susut 3%.
Mengenai kemungkinan pergantian kepemimpinan di Rusia, Courtney menambahkan bahwa hal ini mungkin saja terjadi. Terutama apabila warga sudah benar-benar muak dengan keadaan saat ini.
"Jadi, perubahan rezim kemungkinan akan terjadi. Jika itu terjadi, dan tidak ada yang tahu, beberapa kombinasi faktor militer, frustrasi di Ukraina, dan faktor ekonomi dapat menyebabkan kerusuhan sosial dan politik," ujarnya lagi.
Putin mendeklarasikan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Presiden negara itu, Vladimir Putin, beralasan bahwa aksi militer ini diperlukan untuk melindungi masyarakat berbahasa Rusia di negara itu yang menurutnya telah mendapatkan persekusi dari kaum nasionalis Kyiv.
Selain itu, ia juga berpandangan bahwa niatan Ukraina untuk bergabung kepada aliansi pertahanan pimpinan AS, NATO, juga telah mengancam keamanan negara. Pasalnya, NATO merupakan rival dari Moskow dan Kyiv dapat menggunakan pasal 5 aliansi itu untuk menyerang beberapa wilayah yang telah dikuasai Rusia sejak 2014 lalu seperti Krimea.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Disebut Sedang 'Acak-Acak' Asia Tenggara, Ini Faktanya
