Tahun Lalu Dihantam Delta, Kini BA4-BA5, RI Siap Pak Jokowi?

Maesaroh, CNBC Indonesia
04 July 2022 12:10
Vaksinasi booster COVID-19
Foto: Peserta mengikuti vaksinasi booster COVID-19 di Sentra Vaksinasi Booster, Pondok Indah Mall 3, Jakarta, Rabu (23/3/2022). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus menggenjot program vaksinasi terutama booster. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Dicky Budiman, epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, mengatakan salah satu penyebab banyaknya korban pada gelombang II Delta adalah sedikitnya masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin.

Sebagai catatan, program vaksinasi untuk masyarakat umum baru dimulai pada Juli 2021 setelah sebelumnya pemerintah menyasar pekerja kesehatan dan kelompok rentan.

Dicky menambahkan Indonesia banyak belajar dari gelombang II Delta sehingga penanganan Covid-19 membaik.
Diakui Dicky, penanganan Covid kini sudah semakin jelas posisi dan tugas masing-masing lembaga. Indonesia juga memiliki modal kuat berupa program vaksinasi dalam menghadapi gelombang berikutnya. Kesadaran masyarakat mengenai protokol kesehatan juga sudah lebih baik.

"Dengan kondisi itu sebenarnya kalau disebut rawan ya rawan, kalau disebut punya modal ya ada modal dibanding waktu Alpha dan Delta," tutur Dicky, kepada CNBC Indonesia.

Program vaksinasi terbukti sangat membantu Indonesia dalam menghadapi gelombang III akibat varian Omicron.
Gelombang III yang dimulai pada akhir Januari hingga awal Maret 2022 memang memicu tambahan kasus dalam jumlah kasus besar tetapi jumlah kasus kematian tidak setinggi saat gelombang II.

Pada Januari 2022, tambahan kasus Covid tercatat 90.650 tetapi kemudian naik drastis menjadi 1,21 juta pada Februari sebelum melandai ke 448.370 pada Maret. Kasus harian Covid-19 di Indonesia juga mencatat rekor tertinggi pada 16 Februari 2022 yakni 64.718 .

Namun, angka kematian tercatat lebih rendah dibandingkan pada gelombang II. Kasus kematian selama Februari 2022 mencapai 4.015 jiwa sementara pada Maret 2022 tercatat 6.754 jiwa.


 

Kasus Covid-19 Indonesia juga kembali meningkat pada Juni 2022 seiring masuknya subvarian BA.4,BA.5.
Indonesia melaporkan jumlah kasus Covid sebanyak 33.487 pada Juni, atau melesat 309,5% dibandingkan Mei (8.177).
Namun, angka kematian bisa ditekan karena adanya program vaksinasi. Jumlah kasus kematian selama Juni mencapai 145 jiwa.

Dicky menjelaskan masuknya subvarian BA.4,BA.5 akan membuat kasus melonjak tetapi dampak yang ditimbulkan tidak akan sebesar varian Delta karena masyarakat Indonesia sudah memiliki imunitas.

Dia juga mengatakan  meskipun kasus Covid-19 di Indonesia melonjak tajam, akan sulit bagi pemerintah menarik rem darurat.
Pasalnya, kebijakan tersebut akan memakan ongkos ekonomi dan sosial yang sangat besar.

"Yang namanya rem darurat tidak menjadi pilihan yang populer atau ideal dalam konteks saat ini. Pasalnya, kita sudah ada imunitas. Kita juga sudah mengalami tiga tahun pandemi dengan beban besar di luar sektor kesehatan. Rem darurat bisa menjadi kontradiktif," tutur Dicky.

Dia mengingatkan kemampuan pemerintah juga sudah terbatas dalam menerapkan pengetatan yang sangat frontal. Masyarakat Indonesia pun akan kesulitan karena kebijakan selama ini sudah longgar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mij)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular