Indonesia Siaga! 'Gempa' Inflasi Mulai Terasa

Maesaroh, CNBC Indonesia
Jumat, 01/07/2022 12:35 WIB
Foto: Pedagang memotong cabai merah keritinh yang dijual di kawasan Pasar Pondok Gede, Jakarta, Rabu (29/6/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Indonesia kembali menjulang pada Juni. Secara tahunan, inflasi bahkan melonjak ke level tertingginya selama lima tahun terakhir.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Juni mencapai 0,61% (month on month/MoM), melesat dibandingkan yang tercatat pada Mei yakni 0,4%.
Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi pada Juni juga menembus 4,35%. Catatan tersebut adalah yang tertinggi sejak Juni 2017 atau dalam lima tahun terakhir di mana pada saat itu inflasi tercatat 4,37%.

Sepanjang Januari-Juni (year to date), inflasi menyentuh 3,19%. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Januari-Juni 2013 atau dalam sembilan tahun terakhir. Pada periode tersebut inflasi year to date mencapai 3,35%.




Inflasi pada Juni juga jauh di atas konsensus pasar ataupun proyeksi Bank Indonesia (BI). Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan inflasi Juni hanya menyentuh 0,44% (mtm) dan 4,15 (yoy). Berdasarkan Survei Pemantauan Harga BI pada minggu IV Juni 2022, inflasi Juni hanya diperkirakan mencapai 0,50% (mtm).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan pengungkit inflasi pada Mei datang dari kelompok volatile atau harga bergejolak. Pada Juni, inflasi kelompok volatile bahkan menembus 2,51% (mtm) dan 10,07% (yoy). Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak Desember 2014 atau 7,5 tahun terakhir. Pada periode tersebut inflasi volatile item mencapai 3,53% (mtm) dan 10,88% (yoy).

Level inflasi kelompok harga bergejolak juga jauh di atas target Bank Indonesia (BI) dan pemerintah yakni di kisaran 4-5%.

Sementara itu, inflasi inti pada Juni menyentuh 0,19% (mtm) dan 2,63% (yoy) sementara inflasi harga diatur pemerintah mencapai 0,27% (mtm) dan 5,33% (yoy).

Margo mengatakan hujan deras yang masih berlangsung hingga Juni berdampak besar terhadap hasil panen sehingga harga kelompok bergejolak seperti sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan melesat. Deretan komoditas yang menyumbang lonjakan inflasi kelompok harga bergejolak adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah, telur ayam ras, tomat, kangkung, kol putih/kubis, cabai hijau, dan sawi putih/pecay/pitsai.

Cabai merah menyumbang inflasi sebesar 0,24% sementara cabai rawit sebesar 0,10%. Sumbangan inflasi bawang merah mencapai 0,08%, telur ayam ras sebesar 0,04%, dan tomat sebesar 0,03%.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), harga cabai rawit melonjak 53% dari Rp 62.450/kg per 31 Mei menjadi Rp 95.300/kg pada Kamis (30/6/2022).

Di sebagian besar wilayah Indonesia bagian timur, harga cabai rawit bahkan menembus Rp 130.000 per kg. Harga cabai rawit termahal tercatat di Provinsi Kalimantan Timur yakni Rp 138.000 per kg.

Harga telur ayam meningkat menjadi Rp 29.100 per kg pada akhir Juni dari Rp 28.650 per kg akhir Mei. Harga bawang merah naik 40% dari Rp 42.900 per kg pada akhir Mei menjadi Rp 60.250 per kg pada akhir Juni.

"Kenaikan cabai karena ada supply shock. Lebih karena faktor cuaca," tutur Margo, dalam konferensi pers, Jumat (1/7/2022).

Kabar baiknya, harga minyak goreng melandai sehingga menyumbang deflasi pada Juni. Margo juga mengatakan dampak lonjakan harga komoditas pangan belum banyak ditransmisikan kepada bahan makanan lokal. Bahan makanan yang sebagian besar diimpor seperti gula, kedelai, dan gandum belum menyumbang inflasi secara signifikan.

"Harga global terus merangkak tapi belum terdampak ke dalam negeri. Harga tepung terigu dan gula tapi andil inflasinya masih tegolong rendah," ujar Margo.

Sumber: BPS

 


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi Inggris Betah di Level Tinggi Pada Mei 2025

Pages