Patut Dibaca! 5 Ekonom Beberkan Kondisi Indonesia Terkini

Cantika Adinda Putri & MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
Rabu, 29/06/2022 06:30 WIB
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Belum selesai pandemi covid-19, kini dunia harus dipaksa hadapi berbagai ancaman baru. Ada perang Rusia & Ukraina yang memicu krisis pangan dan energi, lonjakan inflasi dan percepatan kebijakan pengetatan moneter negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) serta stagflasi dunia.

Sederet negara kini sudah masuk jurang resesi dan krisis. Tidak sedikit juga yang berada dalam antrean menuju situasi yang mengerikan tersebut.


Bagaimana dengan Indonesia? Mari kita simak pandangan beberapa ekonom tersebut!

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro

Andry menjelaskan sederet persoalan tersebut pasti akan menghampiri Indonesia. Akan tetapi kini yang patut dipahami adalah kemampuan Indonesia mengambil langkah antisipasi.

Dampak yang jelas terasa adalah inflasi. Hingga Mei 2022, inflasi Indonesia sudah mencapai 3,55%. Level yang amat tinggi dibandingkan dua tahun terakhir. Dipicu oleh kenaikan harga pangan imbas terbatasnya pasokan.

Sampai dengan akhir tahun, inflasi diperkirakan mencapai 4,6%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Sebab pemerintah telah menambah subsidi agar tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), LPG 3kg dan tarif listrik di bawah 3.000 VA.

Foto: Mandiri Economic Outlook, dok Mandiri
Mandiri Economic Outlook, dok Mandiri

Inflasi menjadi indikator penting dalam perekonomian karena berkaitan dengan berbagai kebijakan. Salah satunya suku bunga acuan. Apabila inflasi tinggi, maka suku bunga dinaikkan. Sehingga risiko yang muncul kemudian adalah perlambatan ekonomi.

Dampak lainnya adalah pada pasar keuangan sebagai imbas kenaikan progresif suku bunga acuan AS dan ancaman resesi. Tak heran saham dan rupiah merosot tajam, seperti yang juga dialami banyak negara lain.

Andry menuturkan, Indonesia menjadi negara yang cukup beruntung dalam situasi sekarang. Lonjakan harga komoditas internasional ikut membentuk fundamental ekonomi nasional. Khususnya dari sisi eksternal.

Foto: Mandiri Economic Outlook, dok Mandiri
Mandiri Economic Outlook, dok Mandiri

Pada Mei 2022 neraca perdagangan surplus US$ 2,9 miliar. Dengan surplus di Mei 2022 ini artinya, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 25 bulan berturut-turut. Hal ini turut mendorong cadangan devisa yang mencapai US$ 135,6 miliar.

Di sisi lain pemulihan ekonomi berlanjut, menyusul penyebaran kasus covid-19 yang terkendali. Indeks keyakinan konsumen juga dalam tren peningkatan. Andry memproyeksikan tahun ini ekonomi masih akan tumbuh tinggi yaitu 5,17%.

"Indonesia masih bisa bertahan karena 2022-2023 harga komoditas masih menopang pertumbuhan Indonesia," kata Andry.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: APBN Mei 2025 Defisit Rp 21T, Menkeu Klaim Masih Kecil

Pages