Patut Dibaca! 5 Ekonom Beberkan Kondisi Indonesia Terkini

Cantika Adinda Putri & MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
29 June 2022 06:30
Ilustrasi Resesi (Pixabay)
Foto: Ilustrasi Resesi (Pixabay)

4. Ekonom PT Bank BCA Tbk, David Sumual

David sepertinya tidak terlalu ambil pusing dalam situasi sekarang. Padahal banyak negara sudah masuk jurang krisis.

"Sejauh ini aman-aman saja," ungkapnya kepada CNBC Indonesia.

Indonesia beruntung karena lonjakan harga komoditas internasional. Sebut saja batu bara, nikel, bauksit, tembaga, hingga minyak kelapa sawit. Sejarah pun ikut mencatat.

"Waktu terjadi high commodity crisis di 2012-2014 dan tahun 70an harga minyak dunia, bahkan stagflasi dan inflasi tinggi, itu kita juga mengalami pertumbuhan lumayan," paparnya.

Di samping itu, ekonomi Indonesia mayoritas ditopang oleh konsumsi domestik. Seperti krisis keuangan 2008-2009, ketika ekonomi global melemah, Indonesia juga masih berhasil tumbuh tinggi.

"Paling utama mobilitas, makin baik itu mendorong perekonomian," imbuhnya.

Diakui David, memang ada risiko dari sisi inflasi. Namun pemerintah sudah mengambil kebijakan tambahan subsidi energi, sehingga tidak ada kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), LPG dan tarif listrik di bawah 3000 VA. Dana subsidi diambil dari tambahan penerimaan negara akibat kenaikan harga komoditas.

Dengan demikian APBN masih terjaga dengan defisit yang lebih rendah dari yang diperkirakan. Pemerintah memperkirakan defisit bisa menyentuh level 4,5% PDB. Ini sejalan dengan keinginan menurunkan defisit ke bawah 3% PDB pada 2023.

"Kalau harga minyak tinggi tahun depan dan kemungkinan gak bisa 3%, kemungkinan harus menaikan harga tahun depan," terang David.

Inflasi yang terkendali, membuat kekhawatiran untuk sektor moneter berkurang. Sebab BI tidak perlu buru-buru dalam menaikan suku bunga acuan. Sebab risikonya bisa melemahkan ekonomi.

"Moneter sudah oke, sudah menaikkan GWM. Akan tetapi untuk mencegah outflow perlu ada sinyal kenaikan suku bunga," paparnya.

Di pasar keuangan, khususnya nilai tukar rupiah memang alami tekanan akibat kenaikan suku bunga acuan AS. Namun sejauh ini masih cenderung stabil dibandingkan banyak negara lain.

Nilai tukar Rupiah sampai dengan 22 Juni 2022 terdepresiasi sekitar 4,14% (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021, relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India 5,17%, Malaysia 5,44%, dan Thailand 5,84%.

5. Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet

Yusuf menilai, krisis yang terjadi di belahan negara, memiliki dampak ke Indonesia dan bisa terjadi dalam dampak langsung dan tidak langsung.

Dampak langsung dari resesi yang terjadi di beberapa negara, kata Yusuf melalui jalur perdagangan. Jika negara yang terkena krisis merupakan mitra dagang Indonesia, tentu akan mempengaruhi kinerja ekspor maupun impor dari dan menuju negara tujuan tersebut.

Sementara itu, dampak tidak langsung berbentuk melemahnya negara tujuan ekspor utama, misalnya seperti China. Bisa saja Cina tidak terkena krisis saat ini tetapi jika negara partner dagang utama Cina terkena krisis maka tentu perekonomian Cina juga akan mengalami penyesuaian.

"Penyesuaian ini bisa berdampak ke Indonesia karena kita tahu Indonesia adalah salah satu partner dagang utama China dan kita banyak melakukan ekspor maupun menerima impor dari dan menuju China," ujarnya.

"Selain itu krisis juga bisa berdampak terhadap kenaikan harga komoditas dan pangan dan kenaikan ini pada muaranya juga akan berdampak ke perekonomian domestik," kata Yusuf lagi.

Yusuf menuturkan, modal kuat Indonesia adalah proporsi konsumsi rumah tangga dan investasi lebih besar dibandingkan ekspor impor terhadap PDB. Sehingga ketika ekonomi dunia melambat, Indonesia masih cenderung aman. Maka dari itu, menjaga inflasi sangat penting dilakukan sekarang.

"Namun sekali lagi bahwa ini akan tergantung seberapa parah krisis akan terjadi dan seberapa banyak negara yang akan terkena dampak dari krisis ini," ungkapnya.

(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular