
Setoran Lancar Utang Terbayar, Indonesia Menang Banyak Nih

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 420 triliun. Dana tersebut menjadi modal besar untuk menahan harga energi juga membayar dan mengurangi penarikan utang.
Diketahui dalam dua tahun terakhir dan saat ini, tidak ada kenaikan bahan bakar minyak (BBM), LPG 3 kg dan listrik di bawah 3000 VA. Sehingga masyarakat tidak perlu menerima beban di saat baru beranjak pulih dari pandemi covid-19.
Pemerintah juga mampu mengurangi defisit anggaran, dari yang tadinya 4,85% PDB menjadi 4,5% PDB pada 2022. Tentu ini menjadi kabar baik, karena pemerintah tidak perlu menambah utang lebih banyak.
Pembayaran cicilan utang pemerintah juga lancar. Meskipun utang tahun ini jatuh tempo sebesar Rp 400 triliun, namun pemerintah tidak ada kesulitan pembayaran. Sesuatu yang kini sedang diderita oleh beberapa negara di Asia Selatan dan Afrika.
Kementerian Keuangan melaporkan hingga 31 Mei 2022, posisi utang mencapai Rp 7.002,24 triliun, dengan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 38,88%.
Realisasi utang yang sebesar Rp 7.002,24 triliun hingga 31 Mei 2022 naik 9,1% dibandingkan realisasi posisi utang utang Mei 2021 yang sebesar Rp 6.418,5 triliun. Adapun dibandingkan April 2022 turun 0,54% yang mencapai Rp 7.040,32 triliun.
"Dengan penerimaan yang kuat dari commodity boom, rasio utang kita terhadap PDB sebenarnya telah turun," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dalam seminar yang dikutip Selasa (28/6/2022)
Salah satu pendorong penerimaan adalah batu bara. Harga batu bara kembali menggila dalam dua pekan terakhir. Harganya terus menanjak akibat peningkatan permintaan hingga sempat menyentuh US$ 400/ton. Yang menarik, harga minyak mentah justru merosot dalam dua pekan beruntun, padahal keduanya merupakan komoditas energi.
Harga batu bara yang tinggi, plus minyak mentah yang merosot tentunya memberikan keuntungan bagi Indonesia. Pendapatan dari ekspor batu bara meningkat, sebaliknya beban impor minyak mentah berkurang.
Sepanjang pekan lalu harga batu bara kontrak 2 bulan di Ice Newcastle Australia melesat nyaris 8% ke US$ 387/ton. Sementara dalam dua pekan terakhir total kenaikannya sebesar 12,2%.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di pekan lalu tercatat turun 1,8% ke US$ 107,62/barel, setelah sebelumnya sempat jeblok nyaris ke bawah US$ 100/barel.
Dalam dua pekan, total minyak WTI jeblok lebih dari 10%. Sementara itu minyak jenis Brent merosot 7,3%. Hal ini disebabkan tingginya inflasi membuat Eropa hingga Amerika Serikat terancam mengalami resesi.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bea Cukai Belum Terima Usulan Ekspor Konsentrat Tembaga