Utang China Dibilang Jebakan Betmen, Utang Amerika Sama Saja?

Maesaroh, CNBC Indonesia
28 June 2022 13:50
Peralatan untuk kebutuhan sistem persinyalan (signaling), komunikasi dan informasi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) sudah tiba di Indonesia melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada akhir Mei lalu. Peralatan-peralatan yang tiba itu adalah bagian dari control system pada proyek KCJB. (Dok: KCIC)
Foto: Peralatan untuk kebutuhan sistem persinyalan (signaling), komunikasi dan informasi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) sudah tiba di Indonesia melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada akhir Mei lalu. Peralatan-peralatan yang tiba itu adalah bagian dari control system pada proyek KCJB. (Dok: KCIC)

Indonesia memiliki sejumlah proyek infrastruktur yang dibiayai China mulai dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung dengan nilai investasi Rp 56 triliun, Tol Medan-Kualanamu senilai Rp 1,4 triliun, hingga Waduk Jatigede senilai Rp 4 triliun.

Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio, mengingatkan masing-masing negara memiliki karakteristik dalam memberikan pinjaman.

"Kalau sama China itu gampang di depan sulit di belakang. Kalau Jepang kan sulit di awal tapi gampang di belakang.

"Ini kan soal keseimbangan, ekuilibrium. Apakah mau ambil China sepenuhnya atau setengahnya. Tinggal pemerintah mau yang mana," tutur Agus Pambagio, kepada CNBC Indonesia.

Agus mengingatkan proyek infrastruktur tidak boleh dibangun terburu-buru. Setiap rencana harus dibuat matang, termasuk dalam membahas tingkat bunga yang harus dibayar, tenaga kerja, serta penggunaan komponen dalam negeri.

"Kalau kita orangnya rundingan-rundingan. Tidak boleh begitu. Harus dipetakan mana yang  jadi kebutuhan prioritas, mana yang dibutuhkan masyarakat," imbuhnya.

Agus menambahkan rencana pembangunan infrastruktur harus juga mempertimbangkan sarana pendukungnya.  Infrastruktur membutuhkan anggaran yang besar sehingga akan sangat merugikan jika tidak dimanfaatkan masyarakat karena sarana pendukungnya tidak memadai.

"Harus dilihat juga investor mana yang paling memungkinkan, deal politiknya seperti apa juga. Ini tidak ada yang gratis," ujarnya.

AidData mengatakan Indonesia memiliki utang tersembunyi dengan China terkait proyek infrastruktur senilai US$ 17 miliar. Indonesia juga dinilai memiliki risiko default karena China. Namun, data Bank Indonesia menunjukkan utang China ke Indonesia mengalami penurunan.

Berdasarkan data Bank Indonesia, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia menyusut pada periode April 2022. ULN kini tersisa US$ 409,5 miliar atau Rp 6.031.52 triliun, dengan asumsi US$ 1 setara Rp 14.729.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), nominal tersebut turun dibandingkan bulan sebelumnya US$ 412,1 miliar (Rp 6.069,82 triliun). Nilai utang dari China juga mengalami penurunan sekitar US$ 300 juta atau 1,5% dibandingkan sebelumnya menjadi US$ 21,72 miliar.


 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular