Situasi Ngeri, Bank Dunia Sebut RI Malah Dapat Rezeki Nomplok

News - Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
22 June 2022 15:36
foto : Reuters Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina membuat harga komoditas ikut terkerek. World Bank atau Bank Dunia menyebut, Indonesia justru salah satu negara yang justru mendapat 'Rezeki Nomplok' dari kenaikan harga komoditas tersebut.

Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen menjelaskan konsolidasi fiskal dan kebijakan moneter yang tetap akomodatif membawa pemulihan ekonomi di Indonesia ke arah yang lebih kuat.

Indonesia, sebagai negara pengekspor komoditas unggulan seperti batu bara dan kelapa sawit diuntungkan dalam hal ini.

"Indonesia telah diuntungkan dalam jangka pendek dari rejeki nomplok (windfall) dalam pendapatan komoditas, harga mulai naik dan pembiayaan asing menjadi lebih ketat," jelas Kahkonen dalam sebuah webinar, Rabu (22/6/2022).

Keuntungan dari harga komoditas, diperkirakan akan mempertahankan surplus transaksi berjalan Indonesia hingga level 0,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun ini. Namun, peningkatan konsumsi swasta dan investasi diproyeksikan akan mendorong kinerja impor.

Hal tersebut diperkirakan akan menurunkan lebih kecil lagi defisit transaksi berjalan pada 2023, yang secara bertahap akan menyentuh level 1,3% dari PDB pada 2025.

"Kebutuhan pembiayaan eksternal yang rendah, posisi fiskal dan utang publik yang sehat, perbedaan suku bunga yang positif dengan AS, reformasi struktural yang sedang berlangsung, dan kenaikan harga komoditas yang lebih tinggi, memberikan beberapa penyangga bagi Indonesia dari kondisi keuangan global yang lebih ketat," tulis laporan Bank Dunia bertajuk 'Financial Deepening for Stronger Growth and Sustainable Recovery'.

Inflow atau aliran dana asing yang masuk pada portofolio dan foreign direct investment (FDI) juga diproyeksikan meningkat karena Indonesia saat ini menjadi salah satu negara yang stabil di pasar negara berkembang dan kawasan.

"Cadangan devisa diproyeksikan tetap memadai pada rata-rata 7,5 bulan impor dalam jangka menengah," jelas Bank Dunia.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ramalan Seram Jokowi, Hingga Inflasi Korsel Cetak Rekor


(cap/mij)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading