Gegara Jerman Pemerintah Siap Lakukan Ini, Pengusaha Happy?
Jakarta, CNBC Indonesia - Jerman dikabarkan bakal memborong hingga 150-an juta ton batu bara dari Indonesia. Untuk itu, pemerintah berniat menggenjot produksi batu bara nasional. Hanya saja terlihat antusiasme pengusaha tambang batu bara di Tanah Air tertahan oleh sejumlah pertimbangan.
Pasalnya, Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF), Singgih Widagdo mengatakan, perlu mempertimbangkan sejumlah faktor. Mulai dari kualitas batu bara yang dibutuhkan importir hingga kemampuan para eksportir.
"(Sisi) Importir yaitu kualitas batu bara, pengguna akhir, kapasitas unloading port. Dari sisi eksportir kualitas batu bara, kondisi stok batu bara dan juga pelabuhan muat," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (17/6/2022).
Menurut Singgih kualitas batu bara yang diminta Jerman sebagai pengganti batu bara Rusia setidaknya di atas 5.500 kcal/kg atau bahkan di atas 6.000 kcal/ kg.
Sehingga, jika melihat potensi permintaan sebesar 150 juta ton untuk pengapalan di 2022, cukup berat untuk dapat terpenuhi.
Sebab, imbuh dia, hal itu menyangkut rencana produksi masing-masing perusahaan. Belum lagi, dibutuhkan tambahan alat berat, yang membutuhkan waktu.
Lain halnya, jika 150 juta ton tersebut diperuntukkan untuk order pembelian selama 3 tahun ke depan. Pengusaha dapat dipenuhi dengan persiapan mulai dari sekarang.
Namun, tidak menjamin kualitas seperti dibutuhkan Jerman bisa dipenuhi oleh semua perusahaan. Kecuali dengan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara yang selanjutnya disingkat PKP2B.
Harus Efisien
Singgih juga menyinggung kebutuhan ongkos transportasi yang mahal, sehingga demi efisiensi, pengapalan ke Jerman harus di atas Panamax, bahkan menggunakan cape size.
Di samping itu, mengingat biaya yang dikeluarkan untuk transportasi cukup besar, maka sudah jelas pengapalan ke Jerman akan efisien menggunakan kapal ukuran di atas panamax, bahkan cape size.
"Dan ini memerlukan unloading port yang harus dipersiapkan atau bisa juga dengan pola trans-shipment point di tengah laut, melalui gear vessel atau gearless dengan bantuan floating cranes," katanya.
Sehingga menurut Singgih sah-sah saja jika ingin menambah potensi ekspor batu bara ke Jerman, namun perlu juga persiapan produksi kualitas tinggi dan efisiensi dalam menekan biaya pengiriman.
"Juga yang perlu mendapat perhatian, potensi ekspor ke Jerman, sebatas dapat dilakukan di saat harga cukup tinggi. Sehingga untuk menambah investasi dalam memenuhi permintaan Jeman, tentu harus mampu memprediksi sampai kapan harga selevel saat ini akan mampu bertahan sampai berapa lama," kata Singgih.
Pacu Produksi
Sementara, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan kenaikan produksi yang direncanakan pemerintah merupakan hal yang positif untuk potensi pemasukan negara pada kondisi harga batu bara yang relatif tinggi.
Namun demikian, kendala-kendala yang umum terjadi akibat curah hujan tinggi di kuartal pertama dan akhir tahun serta larangan ekspor di Januari bisa menghambat rencana pencapaian produksi yang lebih tinggi pada tahun ini.
"Support ketersediaan alat tambang dan armada angkut laut seperti tongkang juga perlu waktu untuk bisa mendukung kenaikan produksi. Karena peningkatan permintaan sifatnya sangat tiba-tiba akibat perang di Eropa timur yang diluar perkiraan pada saat perencanaan tahunan," katanya.
Untuk diketahui, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa Jerman telah meminta Indonesia untuk dapat memasok 150 juta ton batu bara ke negaranya. Hal tersebut diketahui seusai Menteri ESDM, Arifin Tasrif melakukan lawatannya ke negara tersebut.
"Pak Menteri kan yang ke sana, kemarin dua minggu lalu. Yang saya dengar belum terkonfirmasi langsung 150 juta ton, itu Jerman yang bilang segitu," kata Ridwan saat ditemui di Gedung Kementerian Dalam Negeri, Kamis (16/6/2022).
Ridwan sendiri optimistis RI dapat memenuhi kebutuhan batu bara untuk Jerman sebesar itu. Mengingat, sumber batu bara yang berasal dari perusahaan-perusahaan di Indonesia masih cukup besar.
"Termasuk PTBA dan lain-lain masih cukup kita," kata dia.
Pemerintah kata Ridwan bakal menambah kuota produksi batu bara tahun ini yang diperuntukkan untuk ekspor. Meski demikian, ia belum membeberkan besaran angka pasti yang akan ditambah di dalam perubahan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2022.
"Belum ada angkanya tapi gambaran permintaannya 150 juta ton. Itu yang bicara angka Jerman kalau yang saya tahu," kata Ridwan.
(dce)