Pesawat RI Terancam 'Kiamat', Nasib Maskapai di Ujung Tanduk

News - redaksi, CNBC Indonesia
13 June 2022 07:15
FILE PHOTO: A passenger waiting for his flight to depart watches a plane take off from the domestic terminal at Ngurah Rai International Airport, Kuta, Bali, Indonesia, December 4,  2017. REUTERS/Darren Whiteside/File Photo Foto: Ilustrasi Bandara (REUTERS/Darren Whiteside)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah lawatannya ke Singapura acara Aviation Summit 2022, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi bertemu dengan Presiden Boeing Internasional Michael A. Arthur. Dia mengungkapkan potensi kebutuhan pesawat di Indonesia yang meningkat pada tahun ini. Apalagi, ujarnya, untuk kebutuhan di musim mudik.

Menhub pun mengaku, telah meminta Boeing berkomunikasi dengan sejumlah maskapai untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Terutama, dia menekankan, kebutuhan pesawat untuk rute-rute kecil yang selama ini mengalami kendala tidak adanya penerbangan.

"Kita ingin ke depannya tidak ada lagi daerah-daerah yang tidak dilayani penerbangan," kata Menhub dalam pernyataannya kala itu, Kamis (19/5/2022).

Sebelumnya diungkapkan jumlah armada pesawat yang beroperasi juga tengah menurun, dari 550 pesawat menjadi 350 pesawat.

Padahal ramalannya pada tahun 2022 ini diprediksi industri penerbangan Indonesia kembali menerbangkan 78 juta orang per tahun. Seiring dengan semakin meningkatnya mobilitas di tengah pelonggaran aktivitas.

Badan Pusat Statistik (BPS) pun mencatat, jumlah angkutan penerbangan selama periode Januari-Maret 2022 mencapai 10,7 juta orang atau naik 55% dari periode sama tahun sebelumnya, dan penumpang internasional naik 200% menjadi 373,5 ribu.

Pengamat Penerbangan AIAC Aviation Arista Atmadjati, mengatakan, berkurangnya jumlah armada pesawat di tengah lonjakan permintaan saat ini berdampak pada kenaikan harga tiket.

Terpantau, harga tiket pesawat rute domestik dan luar negeri melonjak gila-gilaan saat ini. Selain karena kenaikan avtur dan tidak ada lagi promo diskon harga dari pandemi, kurangnya pesawat juga jadi salah satu pemicu. Dimana permintaan tidak sebanding dengan jumlah pesawat.

"Hukum pasar juga, permintaan naik namun jumlah pesawat malah drop," katanya.

Seperti diketahui, pandemi Covid-19 memukul berbagai sektor ekonomi, terutama sektor transportasi akibat pengetatan mobilitas.

Kondisi ini membuat maskapai mengambil keputusan untuk mengurangi jumlah pesawat yang beroperasi. Seperti Garuda Indonesia, Lion Air cs beberapa kali dilaporkan melakukan pengembalian pesawat kepada lessor.

Seperti Garuda Indonesia yang sebelumnya mengoperasikan 142 pesawat kini hanya 40 pesawat yang beroperasi. Begitu juga dengan Citilink mengalami penurunan jumlah armada pesawat sebesar 31% pada 2020 menjadi 68 unit, mengutip laporan keuangannya 2020. Pada 2021 lalu Lion Air juga mengembalikan 6 pesawat.

Kok Bisa? Diam-diam RI Terancam ‘Kiamat’ Pesawat TerbangFoto: Infografis/Kok Bisa? Diam-diam RI Terancam ‘Kiamat’ Pesawat Terbang/Aristya Rahadian
Kok Bisa? Diam-diam RI Terancam ‘Kiamat’ Pesawat Terbang

Karena itulah, Kementerian Pehubungan(Kemenhub) berharap adanya penambahan armada pesawat oleh maskapai.

"Kita sih tentu mendorong dan berharap agar pesawat bertambah sehingga masyarakat terlayani dengan baik. Dan efeknya kepada harga tiket juga diupayakan bisa jadi lebih baik," kata Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati, Selasa (7/6/2022).

Hanya saja Adita menjelaskan ini merupakan ranah korporasi, dimana saat ini banyak maskapai yang terganggu finansialnya imbas dari pandemi. Namun Kemenhub akan terus memberikan kemudahan bagi maskapai untuk menambah jumlah pesawat.

Pacu Okupansi

Saat ditemui wartawan usai rapat kerja dengan Komisi V DPR RI di Jakarta, Selasa (7/6/2022), Menhub Budi Karya mengatakan, peningkatan okupansi menjadi salah satu strategi yang akan ditempuh dalam jangka pendek ini.

Sebab, jelas Budi, jika tingkat okupansi pesawat di bawah 50% maka penerbangan akan merugi, Sehingga mau tidak mau harga tiket harus dinaikkan.

"Katakanlah okupansi di bawah 50%, dengan di bawah 50% maka perusahaan penerbangan itu rugi. Karenanya kita bekerja sama dengan Pemerintah Daerah untuk memberikan suatu seperti sharing block seat (memesan bangku pesawat), sehingga minimal penjualan (okupansi) itu bisa di atas 60%," katanya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

'Kiamat' Pesawat Terbang, Nasib Maskapai RI di Ujung Tanduk


(dce/dce)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading