
China & Rusia Bela Korut, Tuding AS sebagai Pembawa Masalah

Jakarta, CNBC Indonesia - China dan Rusia menuduh Amerika Serikat (AS) memicu ketegangan di Semenanjung Korea sekaligus memveto sanksi global baru atas peluncuran rudal balistik baru Korea Utara (Korut) selama pertemuan di Majelis Umum PBB, Rabu (8/6/2022).
Duta besar China untuk PBB, Zhang Jun, mengatakan kepada Majelis Umum bahwa ketegangan di semenanjung "berkembang seperti sekarang ini, terutama karena kegagalan kebijakan AS" dan dia meminta Washington mengambil tindakan serta mengajukan permohonan agar sanksi dicabut.
"Ada banyak hal yang bisa dilakukan AS, seperti melonggarkan sanksi terhadap (Korea Utara) di area tertentu, dan mengakhiri latihan militer bersama (dengan Korea Selatan). Kuncinya adalah mengambil tindakan, bukan hanya berbicara tentang kesiapannya untuk berdialog tanpa prasyarat," kata Zhang, dilansir dari Al Jazeera, Kamis (9/6/2022).
Ada banyak hal yang bisa dilakukan AS, seperti melonggarkan sanksi terhadap (Korea Utara) di area tertentu, dan mengakhiri latihan militer bersama (dengan Korea Selatan).Zhang Jun, Duta besar China untuk PBB |
Wakil duta besar Moskow untuk PBB, Anna Evstigneeva, juga menyerukan agar sanksi dicabut. Menurutnya, Korut membutuhkan lebih banyak bantuan kemanusiaan dan negara-negara Barat harus berhenti menyalahkan Pyongyang atas ketegangan di semenanjung tersebut.
Berbicara untuk AS, Wakil Duta Besar Jeffrey DeLaurentis menolak tuduhan China dan Rusia dan mempertanyakan apakah kedua negara telah meningkatkan kemitraan strategis "tanpa batas" di atas keamanan global dengan memveto sanksi Korut.
"Kami berharap veto ini bukan cerminan dari kemitraan itu," kata DeLaurentis, berbicara kepada majelis setelah China dan Rusia. "Penjelasan mereka untuk menggunakan hak veto tidak cukup, tidak kredibel dan tidak meyakinkan. Hak veto tidak dikerahkan untuk melayani keselamatan dan keamanan kolektif kita."
DeLaurentis menambahkan bahwa sanksi saat ini dan proposal untuk tindakan baru merupakan tanggapan langsung terhadap tindakan Korut. AS sendiri berulang kali mencoba memulai kembali pembicaraan, mengirim pesan publik dan pribadi, tetapi belum menerima tanggapan dari Pyongyang.
Veto China dan Rusia di Korut bulan lalu secara terbuka memecah Dewan Keamanan PBB untuk pertama kalinya sejak badan tersebut mulai menghukum Pyongyang dengan sanksi pada 2006.
Korut sebelumnya telah melakukan lusinan peluncuran rudal balistik tahun ini, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM), setelah melanggar moratorium uji coba yang diberlakukan sendiri pada 2018 setelah pemimpin Kim Jong Un pertama kali bertemu dengan Donald Trump, presiden AS saat itu.
Korut membela pengembangan rudal balistik dan senjata nuklirnya sebagai perlindungan terhadap "ancaman langsung" dari AS, yang kemudian klaim tersebut dibantah Washington.
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! China Krisis Seks Hingga Gangguan Pasokan Ban di Korut