Ekonomi China Masih 'Meriang Disko'

Aulia Mutiara, CNBC Indonesia
06 June 2022 12:34
Ilustrasi bendera China. (VCG via Getty Images/VCG)
Foto: Ilustrasi bendera China. (VCG via Getty Images/VCG)

Jakarta, CNBC Indonesia - China kembali merilis data aktivitas jasa yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) periode Mei 2022. Setelah manufaktur, kini giliran PMI sektor jasa yang dirilis.

Pada Mei 2022, PMI jasa Negeri Panda tercatat 41,4. Naik lumayan tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang 36,2.

Akan tetapi, PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Kalau masih di bawah 50, maka artinya masih terjadi kontraksi, belum ada ekspansi.


Aktivitas jasa-jasa China masih terkontraksi untuk bulan ketiga berturut-turut. Hal ini menujukan pemulihan yang lambat meskipun sudah ada pelonggaran lockdown di beberapa kota.

Aktivitas manufaktur dan jasa di China mengalami kontraksi pada bulan Maret karena ekonomi menghadapi tekanan dari kontrol penyebaran Covid-19 yang ketat.

Halaman Selanjutnya --> Pengangguran di China Naik

Meskipun masih terkontraksi di bawah 50, Indeks Manajer Pembelian (PMI) sektor jasa mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya. Menurut senior ahli statistik NBS Zhao Qinghe Pemicunya adalah kenaikan infeksi Covid-19 domestik terus menurun pada Mei, yang mengarah pada pemulihan sektor jasa.

Analis mengatakan kelemahan di sektor jasa, yang menyumbang sekitar 60% dari ekonomi China dan setengah dari pekerjaan perkotaan, kemungkinan akan bertahan di bawah kebijakan nol-covid pemerintah, dengan sektor-sektor intensif kontak seperti hotel dan restoran yang menanggung beban terberat.

Selain itu, Survei Caixin menunjukkan data pesanan ekspor baru turun untuk bulan keempat berturut-turut di bulan Mei akibat kebijakan lockdown di China yang membuat pelanggan tetap di rumah.

Hal ini tentunya menurukan aktivitas pada sektor jasa sehingga menyebabkan perusahaan jasa mengurangi gaji mereka secara signifikan, dengan sub-indeks untuk pekerjaan berdiri di 48,5, terendah sejak Februari tahun lalu dan turun dari 49,3 bulan sebelumnya.

Data resmi menunjukkan tingkat pengangguran berbasis survei nasional China telah naik menjadi 6,1% pada April, tertinggi sejak Februari 2020 dan jauh di atas target pemerintah 2022 di bawah 5,5%.

"Ukuran ketenagakerjaan tetap berada di wilayah kontraksi sejak awal tahun ini. Dampak epidemi telah menghantam pasar tenaga kerja. Perusahaan tidak banyak termotivasi untuk meningkatkan perekrutan. Akibatnya, bisnis yang luar biasa (menunggak) di sektor jasa tumbuh lebih jauh," kata Wang Zhe, Ekonom Senior di Caixin Insight Group.

Seperti yang kita ketahui bahwa aktivitas ekonomi China mendingin tajam sejak April ketika Negeri Tirai Bambu ini bergulat dengan wabah Covid-19 yang menjadi sejarah terburuk China sejak 2020.

Untuk menstabilkan situasi di tahun yang sensitif secara politik, kabinet China baru-baru ini mengumumkan paket 33 langkah yang mencakup kebijakan fiskal, keuangan, investasi dan industri. Meskipun analis mengatakan target PDB resmi sekitar 5,5% akan sulit dicapai.

"Penting bagi pembuat kebijakan untuk lebih memperhatikan ketenagakerjaan dan logistik. Menghilangkan hambatan dalam rantai pasokan dan industri dan mendorong dimulainya kembali pekerjaan dan produksi akan membantu menstabilkan entitas pasar dan melindungi pasar tenaga kerja" kata Wang dari Caixin Insight Group dalam wawancara Reuters.

Melemahnya momentum ekonomi China memberikan pukulan baru bagi prospek pertumbuhan kawasan, dengan Indeks Manajer Pembelian (PMI) menunjukkan aktivitas ekonomi negara Tirai Bambu ini menyusut karena kebijakan lockdown.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular