Ekonomi Pusat Bisnis China Babak Belur, Siapa Bisa Terdampak?
Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian pusat bisnis China, Shanghai, benar-benar dibuat babak belur oleh pandemi Covid-19. Kebijakan penguncian atau lockdown yang terpaksa diberlakukan membuat seluruh sektor ekonomi kota itu tertekan dan memicu kekhawatiran di antara perusahaan asing.
Biro statistik loka mengumumkan output industri Shanghai, yang terletak di jantung manufaktur di Delta Sungai Yangtze, menyusut 61,5% pada April 2022 secara tahunan. Itu lebih buruk dari penurunan 7,5% pada Maret dan merupakan penurunan bulanan terbesar, setidaknya sejak 2011.
Shanghai, tempat pabrik sejumlah perusahaan global, termasuk Tesla, menyumbang 30% dari manufaktur komponen mobil utama China dan 40% dari kapasitas pembuatan cipnya.
Para ahli mengungkapkan kekhawatirannya atas kondisi tersebut. Mereka menilai penurunan ekonomi akibat lockdown di Shanghai dapat berpengaruh terhadap rantai pasok global karena banyak perusahaan multinasional yang terdampak operasinya.
Perwakilan dari Kamar Dagang Eropa di China menyatakan bahkan jika lockdown dicabut bulan depan, pembatasan perjalanan warganya ke luar negeri dan risiko gejolak Omicron lebih lanjut tetap menimbulkan ketidakpastian.
"Banyak perusahaan dan individu secara serius mempertimbangkan kehadiran mereka di China," kata Bettina Schoen-Behanzin, wakil presiden organisasi tersebut, dikutip Reuters, Jumat (20/5/2022).
Perlu diketahui, penjualan ritel Shanghai pada April menukik 48,3%, jauh lebih rendah dari penurunan 11,1% secara nasional. Hal itu menyeret turun keseluruhan penjualan ritel di Delta Sungai Yangtze, yang anjlok lebih dari 30%.
Penjualan properti berdasarkan luas lantai juga turun 17% pada Januari-April dibandingkan dengan pertumbuhan 4% dalam tiga bulan pertama. Pada April saja, penjualan merosot 88%.
(luc/luc)