Internasional

Ekonomi Pusat Bisnis China Babak Belur, Siapa Bisa Terdampak?

luc, CNBC Indonesia
20 May 2022 14:20
Kenaikan kasus Covid-19 di ibu kota China, Beijing, mendorong kekhawatiran akan penguncian (lockdown) yang ketat. Hal ini memicu panic buying di kalangan warga. (AP/Andy Wong)
Foto: Kenaikan kasus Covid-19 di ibu kota China, Beijing, mendorong kekhawatiran akan penguncian (lockdown) yang ketat. Hal ini memicu panic buying di kalangan warga. (AP/Andy Wong)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian pusat bisnis China, Shanghai, benar-benar dibuat babak belur oleh pandemi Covid-19. Kebijakan penguncian atau lockdown yang terpaksa diberlakukan membuat seluruh sektor ekonomi kota itu tertekan dan memicu kekhawatiran di antara perusahaan asing.

Biro statistik loka mengumumkan output industri Shanghai, yang terletak di jantung manufaktur di Delta Sungai Yangtze, menyusut 61,5% pada April 2022 secara tahunan. Itu lebih buruk dari penurunan 7,5% pada Maret dan merupakan penurunan bulanan terbesar, setidaknya sejak 2011.

Shanghai, tempat pabrik sejumlah perusahaan global, termasuk Tesla, menyumbang 30% dari manufaktur komponen mobil utama China dan 40% dari kapasitas pembuatan cipnya.

Para ahli mengungkapkan kekhawatirannya atas kondisi tersebut. Mereka menilai penurunan ekonomi akibat lockdown di Shanghai dapat berpengaruh terhadap rantai pasok global karena banyak perusahaan multinasional yang terdampak operasinya.

Perwakilan dari Kamar Dagang Eropa di China menyatakan bahkan jika lockdown dicabut bulan depan, pembatasan perjalanan warganya ke luar negeri dan risiko gejolak Omicron lebih lanjut tetap menimbulkan ketidakpastian.

"Banyak perusahaan dan individu secara serius mempertimbangkan kehadiran mereka di China," kata Bettina Schoen-Behanzin, wakil presiden organisasi tersebut, dikutip Reuters, Jumat (20/5/2022).

Perlu diketahui, penjualan ritel Shanghai pada April menukik 48,3%, jauh lebih rendah dari penurunan 11,1% secara nasional. Hal itu menyeret turun keseluruhan penjualan ritel di Delta Sungai Yangtze, yang anjlok lebih dari 30%.

Penjualan properti berdasarkan luas lantai juga turun 17% pada Januari-April dibandingkan dengan pertumbuhan 4% dalam tiga bulan pertama. Pada April saja, penjualan merosot 88%.

Sementara itu, Shanghai melaporkan kasus Covid-19 baru di luar area karantina untuk pertama kalinya setelah lima hari tanpa infeksi, mendorong pembatasan yang lebih ketat di sebuah distrik. Namun, rencana untuk mencabut lockdown mulai 1 Juni mendatang masih berjalan.

Pusat komersial berpenduduk 25 juta itu menemukan tiga kasus baru di luar area karantina di satu distrik pada 19 Mei. Infeksi juga meningkat di dalam area yang dikontrol ketat.

Ketiganya, dari keluarga yang sama, telah mengambil tiga dosis vaksin, dan infeksi mereka ditemukan selama pengujian reguler di distrik Qingpu, kata pihak berwenang.

Mereka tidak meninggalkan Kota Xujing di distrik itu selama 14 hari terakhir, tetapi baru-baru ini mengunjungi setidaknya empat tempat, termasuk supermarket, yang semuanya sekarang ditutup untuk umum dan menjalani desinfeksi, tambah pihak berwenang. Adapun, lebih dari 200.000 penduduk kota itu telah diuji ulang dan semua hasilnya negatif, kata pihak berwenang.

"Distrik kami akan mengikuti langkah-langkah pencegahan dan pengendalian yang tepat, melakukan pekerjaan dengan baik dalam pencegahan dan pengendalian epidemi dan mencapai pembersihan dinamis sesegera mungkin," kata Zhang Yan, Wakil Kepala distrik Qingpu.

Pejabat kota mengatakan taman akan dibuka kembali di pinggiran Shanghai mulai Minggu, sementara taman lain dapat melakukannya mulai Juni jika memenuhi persyaratan tertentu. Namun, fasilitas rekreasi di dalam taman akan tetap ditutup.

Rencana untuk membuka kembali empat jalur metro mulai Minggu juga tetap berjalan sesuai rencana.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular