Internasional

Mengapa Swedia dan Finlandia Ingin Masuk NATO, Takut Putin?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 18/05/2022 14:00 WIB
Foto: Bendera NATO (REUTERS/File)

Jakarta, CNBC Indonesia - Finlandia dan Swedia akhirnya memutuskan untuk bergabung ke pakta pertahanan NATO. Bergabungnya dua negara Skandinavia ini terjadi saat aliansi pimpinan Amerika Serikat (AS) itu bersitegang dengan Rusia terkait Ukraina.

Para pemimpin kedua negara direncanakan menyerahkan aplikasi NATO bersama-sama, Rabu (18/5/2022). Para duta besar akan bertemu dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg sementara Presiden Finlandia Sauli Niinisto dan Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson akan ke AS guna berbicara dengan Presiden Joe Biden.


Ini adalah perubahan dramatis bagi dua negara yang telah mendefinisikan identitas geopolitik mereka sebagai negara yang netral dan tak berpihak. Setelah menolak keanggotaan NATO begitu lama, keduanya terdorong untuk mempertimbangkan kembali kepentingan keamanan mereka.

Apa yang menyebabkan ini?

Para pemimpin Finlandia mengumumkan niat mereka untuk bergabung dengan NATO pada hari Kamis, pekan lalu. Setelahnya, negara itu secara resmi menyampaikan keinginannya pada konferensi pers Minggu.

Langkah Finlandia untuk bergabung dengan aliansi membutuhkan pemungutan suara di parlemen. Tetapi mengingat dukungan dari pemerintah yang berkuasa, rintangan itu diharapkan dapat dilewati.

"Ketika kita melihat Rusia, kita melihat jenis Rusia yang sangat berbeda hari ini daripada yang kita lihat beberapa bulan yang lalu," kata Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin, kala itu dikutip CNN International.

"Semuanya telah berubah ketika Rusia menyerang Ukraina. Dan saya pribadi berpikir bahwa kita tidak bisa percaya lagi akan ada masa depan yang damai di sebelah Rusia."

"Bergabung dengan NATO adalah tindakan perdamaian (sehingga) tidak akan pernah ada lagi perang di Finlandia di masa depan," tambahnya.

Hal sama juga dipertegas Direktur Kebijakan Pertahanan di Kementerian Pertahanan Finlandia, Janne Kuusela. Negara itu merasa bahwa Rusia kini dapat menjadi ancaman dan itu menimbulkan kekhawatiran di dalam negeri.

"Pendapat populer ... berbalik dengan sangat cepat setelah Rusia menyerang Ukraina pada Februari," ujarnya dikutip dari Vox.

"Itu mengubah secara dramatis situasi keamanan di Eropa, dan cara sebagian besar orang Finlandia melihat bagaimana menjaga pertahanan dan keamanan kami sendiri. Termasuk bagaimana kami berkontribusi pada stabilitas keseluruhan di Eropa Timur Laut."

Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson juga mengatakan hal sama. Swedia sendiri memulai proses keanggotaan NATO, Senin.

"Untuk memastikan keselamatan rakyat Swedia, cara terbaik ke depan adalah bergabung dengan NATO bersama dengan Finlandia," kata Andersson.

Bagaimana reaksi Rusia?

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa Helsinki harus menyadari "konsekuensi" dari langkahnya. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga menegaskan pihaknya akan mengambil "respons simetris yang sesuai".

Ucapan Peskov ini sendiri dibuktikan dengan sebuah foto terbaru yang memperlihatkan mobilisasi tujuh rudal Iskander ke wilayah dekat Finlandia. Rudal itu sendiri disebut mampu membawa hulu ledak nuklir.

Apakah semua anggota NATO setuju?

Sementara itu, dari dalam aliansi NATO, Turki menyatakan ketidaksetujuannya terkait aplikasi Finlandia dan Swedia. Pasalnya, kedua negara itu mendukung kelompok militan Kurdi yang dianggap teroris oleh Ankara serta terkait sanksi yang dijatuhkan Stockholm kepada Turki.

Dalam sebuah keterangan pers, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa bergabungnya dua negara Nordik itu akan membuat konsentrasi kelompok Kurdi di aliansi yang juga diikutinya itu.

"Kami tidak akan mengatakan 'ya' kepada [negara-negara] yang menerapkan sanksi kepada Turki untuk bergabung dengan organisasi keamanan NATO," kata Erdogan seperti dikutip CNBC International sambil merujuk pada penangguhan penjualan senjata Swedia ke Turki pada 2019 atas kegiatan militernya di Suriah.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rusia Tuding Latihan Militer NATO Jadi Persiapan Serang Rusia