
Mengenal CSTO, Sekutu Rusia Dikumpulkan Putin Saingi NATO?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan dengan pemimpin negara-negara anggota aliansi pertahanan Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) di Moskow, Senin (17/5/2022). Pertemuan itu dilangsungkan tatkala serangan Rusia ke Ukraina terus dilaksanakan dan hubungan Moskow dan aliansi pertahanan NATO yang terus merenggang.
CSTO sendiri merupakan sebuah aliansi pertahanan yang saat ini beranggotakan negara-negara bekas wilayah Uni Soviet yakni Rusia, Belarus,Armenia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan. Sebelumnya, Uzbekistan merupakan anggota aliansi itu hingga tahun 2012.
Pada pendiriannya, CSTO sebelumnya merupakan tindak lanjut dari sebuah perjanjian yang disahkan pada tanggal 20 April 1994. Pada 2002, status CSTO naik menjadi sebuah aliansi yang diakui dunia internasional dengan mendapatkan status sebagai pengamat dalam Majelis Umum PBB
Aliansi ini sendiri memiliki sebuah aturan yang mirip dengan NATO. CSTO memiliki aturan bahwa bila ada salah satu anggota yang diserang, maka itu akan menjadi serangan bagi seluruh anggota CSTO.
"Jika salah satu Negara Anggota menjadi sasaran agresi oleh negara atau kelompok negara mana pun, maka ini akan dianggap sebagai agresi terhadap semua Negara Pihak pada Perjanjian ini," tulis pasal 4 aliansi tersebut sebagaimana dikutip dalam situs resminya, Selasa (17/5/2022).
"Dalam hal tindakan agresi terhadap salah satu Negara yang berpartisipasi, semua Negara peserta lainnya akan memberinya bantuan yang diperlukan, termasuk militer, dan juga akan memberikan dukungan yang mereka miliki dalam melaksanakan hak untuk pertahanan kolektif sesuai dengan Pasal 51 dari Piagam PBB."
Sementara itu, dalam pertemuan di Moskow, para anggota CSTO membahas beberapa agenda seperti penemuan laboratorium Amerika Serikat (AS) di Ukraina, bergabungnya Finlandia dan Swedia ke NATO, serta fenomena protes anti-pemerintah di negara-negara bekas Uni Soviet yang dikenal dengan 'Revolusi Warna.'
"Putin mengatakan pada pertemuan puncak bahwa Rusia telah lama menyatakan keprihatinan tentang aktivitas laboratorium biologi AS di ruang pasca-Soviet, dan tujuan utama dari laboratorium bio AS adalah untuk mengumpulkan bahan biologis dan mempelajari pola penyebaran virus," laporSputnik.
Mengomentari keputusan Finlandia dan Swedia untuk bergabung dengan NATO, Putin mengatakan bahwa perluasan NATO ke arah ini tidak menciptakan ancaman bagi Rusia. Putin menyebut keduanya bukanlah negara yang memiliki perselisihan dengan Kremlin.
"Namun, perluasan infrastruktur militer aliansi ke Finlandia dan Swedia akan meminta tanggapan dari Rusia," tambah laporan itu.
Sementara itu, dalam laporan media China Global Times, para anggota CSTO dilaporkan memahami akan ancaman stabilitas di negara-negara yang mengalami revolusi warna. Terbaru, Kazakhstan mengalami kerusuhan yang ditakutkan akan mirip dengan apa yang terjadi di Ukraina pada 2014 lalu saat Revolusi Maidan menggulingkan kekuasaan presiden pro-Rusia, Viktor Yanukovych.
Direktur Pusat Studi Afghanistan di Universitas Lanzhou, Zhu Yongbiao,mengatakan bahwa beberapa anggota CSTO khawatir bahwa ini fenomena ini merupakan provokasi dari Barat. "Beberapa negara Barat sedang menghakimi CSTO dan bahwa CSTO semakin menjadi "firewall" untuk mencegah kekuatan luar melakukan "revolusi warna" di Asia Tengah," ujarnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Perkuat Aliansi Tandingan NATO