Internasional

Balas Dendam Putin Buat 2 Negara Eropa "Gelap Gulita"

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
27 April 2022 11:14
Vladimir Putin
Foto: Infografis/ 7 Fakta Terbaru, Perang Rusia-Ukraina, Putin Menyerah? /Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman Rusia untuk memutus aliran gas negara yang "tidak bersahabat" bukanlah "gertak sambal". Kremlin akhirnya memang memutus pasokan gas dua negara Eropa, Polandia dan Bulgaria, mulai Rabu (27/4/2022) ini.

Pengumuman resmi sudah diterima operator gas kedua negara, PGNiG di Polandia, dan Bulgargaz, di Bulgaria. Mengapa ini terjadi?

Hal ini adalah buntut serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022. Polandia dan Bulgaria adalah negara NATO yang mendukung penerapan sanksi pada ekonomi Rusia karena perang tersebut.

Berondong sanksi itu membuat Presiden Rusia Vladimir Putin membalas. Energi jadi "senjata rahasia" Putin.

Sejak awal Maret, Putin pun mengeluarkan daftar negara "musuh" dan menegaskan akan memberi pembalasan. Akhir Maret, ia mengumumkan rencana pembayaran minyak dan gas Rusia dengan mata uangnya rubel.

Semua yang berkontrak pun, wajib membuka rekening di Gazprombank dan melakukan yang akan dikonversi menjadi rubel. Putin lalu mengancam akan memutus pasokan gas jika permintaan tidak dipenuhi sepenuhnya. 

Hal ini bisa melumpuhkan energi di kedua negara tersebut. Sama seperti kebanyakan Eropa lain, dua negara itu memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap gas Rusia.

Kontrak pasokan gas Polandia dengan Gazprom adalah sebesar 10,2 miliar meter kubik (bcm) per tahun. Ini mencakup sekitar 50% konsumsi nasional. 

Namun pejabat pemerintah mengatakan penyimpanan gas Polandia sebesar 3,5 bcm adalah 76% penuh. Mereka meyakinkan tidak perlu memutus pasokan ke pelanggan atau melakukan penjatahan saat ini, untuk mengatasi penghentian pasokan Gazprom.

Dibanding Polandia, Bulgaria sebenarnya lebih tergantung ke gas Rusia. Namun, kontrak operatornya dengan Gazprom sebenarnya akan berakhir akhir tahun.

Ini memenuhi lebih dari 90% kebutuhan gasnya dengan impor Gazprom sekitar 3 bcm per tahun. 
Dengan fasilitas penyimpanan gas sekitar 18% dari kapasitas, negara perlu bertindak cepat untuk memastikan keamanan energinya.

"Mengingat ketergantungan berlebihan Bulgaria pada gas Rusia, penghentian impor gas menimbulkan tantangan serius bagi keamanan pasokan ke negara itu," kata Martin Vladimirov dari lembaga think-tank Center for the Study of the Democracy yang berbasis di Sofia.

"Pemotongan pengiriman ke kelompok konsumen yang tidak penting termasuk industri berat tidak dapat dikesampingkan," katanya.

Vladimirov mengatakan Bulgaria harus segera memulai pembicaraan kerjasama dengan Yunani. Termasuk dengan pemasok LNG alternatif seperti Qatar, Aljazair dan Amerika Serikat (AS) untuk memastikan kebutuhan gas negara.

Meskipun masih ada cadangan, namun keduanya harus cepat mengambil langkah antisipasi. Sebab hal tersebut dapat membuat harga energi menjadi mahal sehingga menyebabkan inflasi yang tinggi. Lebih jauh, dapat menyebabkan krisis energi sebab penggunaan gas sebagai bahan baku pembangkit listrik.

Setelah pemotongan gas Rusia ke Polandia dan Bulgaria, harga gas acuan Eropa melonjak 11% menjadi 103,21 Euro per MMBTU. Dalam setahun terakhir harga telah melambung 382% yoy. 

Halaman 2>>

Tak hanya Bulgaria dan Polandia, negara-negara lain di Eropa berpotensi memiliki nasib pemotongan pasokan aliran gas dari Rusia jika tidak menuruti skema yang diajukan oleh Putin.  Setidaknya, ini dikatakan kepala analisis gas di perusahaan intelijen data ICIS, Tom Marzec-Manser.

"Ini adalah tembakan peringatan seismik oleh Rusia," katanya.

"Polandia memiliki sikap anti-Rusia dan anti-Gazprom selama beberapa tahun. Ini tidak berlaku untuk Bulgaria, tapi melihat Bulgaria juga terputus merupakan perkembangan tersendiri."

Analis di bank investasi Jefferies juga mengatakan hal sama. Pemotongan aliran gas meningkatkan risiko terminasi dini lainnya untuk kontrak negara Eropa lain yang akan berakhir pada akhir tahun sebesar hampir 12 bcm per tahun.

Hanya beberapa pembeli gas Rusia, yang mengatakan akan mungkin untuk membayar pasokan gas di masa depan di bawah skema yang diumumkan oleh Moskow, tanpa melanggar sanksi Uni Eropa (UE). Seperti Hungaria dan Uniper UN01.DE, importir utama Jerman untuk gas Rusia.

Hungaria sendiri kini dipimpin Perdana Menteri Victor Orban yang dekat dengan Putin. Sementara Jerman telah meneriakkan tak bisa memboikot sepenuhnya gas Rusia, karena akan menghancurkan ekonominya.

Halaman 3>>

Jika dilihat dari skup general, Eropa memang berisiko tergelincir ke dalam krisis energi yang dipicu oleh sebagian besar ketergantungan benua itu pada gas alam Rusia. Pada tahun 2020, gas Rusia yang mengalir ke Eropa mencapai 167,7 miliar meter kubik, setara 37,5% total impor gas alam Eropa, menurut BP Statistics.

Perlu diketahui, gas alam memasok 20% listrik Eropa pada tahun 2020. Sehingga peran gas untuk sumber energi cukup vital bagi Eropa.

Data dari Badan Uni Eropa untuk Kerjasama Regulator Energi menunjukkan pasokan beberapa negara bisa collapse energi jika terjadi pembekuan atau embargo gas Rusia.

Jerman mengimpor sekitar setengah dari gasnya dari Rusia. Kemudian Perancis hanya memperoleh seperempat dari pasokannya dari negara itu. Sumber gas Prancis terbesar adalah Norwegia yang memasok 35%. Italia juga akan menjadi salah satu yang paling terkena dampak ketergantungan 46% pada gas Rusia.

Akan tetapi risiko krisis energi ditanggung lebih besar oleh negara-negara yang lebih kecil seperti Makedonia Utara, Bosnia dan Herzegovina, dan Moldova.

Ketergantungan pasokan gas Finlandia dan Latvia terhadap gas dari Rusia bahkan berada di atas 90%. Sementara Serbia memasok 89% gas alamnya dari Rusia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular