
Balas Dendam Putin Buat 2 Negara Eropa "Gelap Gulita"

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman Rusia untuk memutus aliran gas negara yang "tidak bersahabat" bukanlah "gertak sambal". Kremlin akhirnya memang memutus pasokan gas dua negara Eropa, Polandia dan Bulgaria, mulai Rabu (27/4/2022) ini.
Pengumuman resmi sudah diterima operator gas kedua negara, PGNiG di Polandia, dan Bulgargaz, di Bulgaria. Mengapa ini terjadi?
Hal ini adalah buntut serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022. Polandia dan Bulgaria adalah negara NATO yang mendukung penerapan sanksi pada ekonomi Rusia karena perang tersebut.
Berondong sanksi itu membuat Presiden Rusia Vladimir Putin membalas. Energi jadi "senjata rahasia" Putin.
Sejak awal Maret, Putin pun mengeluarkan daftar negara "musuh" dan menegaskan akan memberi pembalasan. Akhir Maret, ia mengumumkan rencana pembayaran minyak dan gas Rusia dengan mata uangnya rubel.
Semua yang berkontrak pun, wajib membuka rekening di Gazprombank dan melakukan yang akan dikonversi menjadi rubel. Putin lalu mengancam akan memutus pasokan gas jika permintaan tidak dipenuhi sepenuhnya.
Hal ini bisa melumpuhkan energi di kedua negara tersebut. Sama seperti kebanyakan Eropa lain, dua negara itu memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap gas Rusia.
Kontrak pasokan gas Polandia dengan Gazprom adalah sebesar 10,2 miliar meter kubik (bcm) per tahun. Ini mencakup sekitar 50% konsumsi nasional.
Namun pejabat pemerintah mengatakan penyimpanan gas Polandia sebesar 3,5 bcm adalah 76% penuh. Mereka meyakinkan tidak perlu memutus pasokan ke pelanggan atau melakukan penjatahan saat ini, untuk mengatasi penghentian pasokan Gazprom.
Dibanding Polandia, Bulgaria sebenarnya lebih tergantung ke gas Rusia. Namun, kontrak operatornya dengan Gazprom sebenarnya akan berakhir akhir tahun.
Ini memenuhi lebih dari 90% kebutuhan gasnya dengan impor Gazprom sekitar 3 bcm per tahun. Dengan fasilitas penyimpanan gas sekitar 18% dari kapasitas, negara perlu bertindak cepat untuk memastikan keamanan energinya.
"Mengingat ketergantungan berlebihan Bulgaria pada gas Rusia, penghentian impor gas menimbulkan tantangan serius bagi keamanan pasokan ke negara itu," kata Martin Vladimirov dari lembaga think-tank Center for the Study of the Democracy yang berbasis di Sofia.
"Pemotongan pengiriman ke kelompok konsumen yang tidak penting termasuk industri berat tidak dapat dikesampingkan," katanya.
Vladimirov mengatakan Bulgaria harus segera memulai pembicaraan kerjasama dengan Yunani. Termasuk dengan pemasok LNG alternatif seperti Qatar, Aljazair dan Amerika Serikat (AS) untuk memastikan kebutuhan gas negara.
Meskipun masih ada cadangan, namun keduanya harus cepat mengambil langkah antisipasi. Sebab hal tersebut dapat membuat harga energi menjadi mahal sehingga menyebabkan inflasi yang tinggi. Lebih jauh, dapat menyebabkan krisis energi sebab penggunaan gas sebagai bahan baku pembangkit listrik.
Setelah pemotongan gas Rusia ke Polandia dan Bulgaria, harga gas acuan Eropa melonjak 11% menjadi 103,21 Euro per MMBTU. Dalam setahun terakhir harga telah melambung 382% yoy.
Halaman 2>>
