
Bos Bank Dunia Minta Jangan Larang Ekspor Pangan, Sindir RI?

Kenaikan harga pangan pada akhirnya membuat kelangkaan komoditas pangan di negara-negara di dunia. Hal ini membuat beberapa negara mengambil kebijakan untuk mengamankan pasokan pangan mereka.
Kondisi ini berujung pada proses ekspor akan sulit dilakukan. Apalagi produk Rusia juga semakin sulit dijangkau karena sanksi Barat. Dalam waktu beberapa minggu, jumlah negara yang memberlakukan pembatasan ekspor pangan melonjak 25%, sehingga jumlah total negara menjadi 35.
Bebarapa negara di belahan dunia segera mengambil langkah aksi. Hungaria mengeluarkan larangan ekspor serelia, Maldova menunda pengapalan komoditas gandum, jagung, dan gula. Turki memperketat pengaturan tata niaga ekspor gandum, serta Bulgaria melakukan rasionalisasi penjualan serealia di dalam negeri serta melarang ekspor.
David Malpass, Presiden Bank Dunia, memberikan tanggapan bahwa kebijakan ini menjadi kontraproduktif dan cara yang paling tragis. Hal ini akan semakin memperburuk pengan global diikuti dengan kenaikan harga yang tak terkendali.
"Krisis pangan akan semakin nyata terjadi. Akan memperburuk keadaan lapisan orang-orang yang berpenghasilan rentan. Hal ini terjadi karena negara miskin di dunia cenderung menjadi negara pengimpor pangan dan akan menyebabkan peningkatan gizi buruk yang cukup signifikan karena kelangaan tersebut" kata Malpass dalam sebuah kolom di Barrons pada 9 April 2022.
Langkah perdagangan sudah memiliki efek nyata pada harga pangan. Rusia telah memberlakukan pembatasan ekspor gandum ke negara-negara di luar Uni Ekonomi Eurasia. Eksportir pun kini menjadi lebih kecil.
Negara-negara pengimpor pangan seperti Mesir, yang mengimpor 80% gandumnya dari Rusia dan Ukraina dan khawatir akan re-ekspor. Langkah-langkah ini saja mencakup 16% dari perdagangan dunia dan telah bertanggung jawab atas kenaikan tujuh poin dalam harga gandum dunia. Jumlah itu sekitar seperenam dari lonjakan harga keseluruhan.
"Tindakan pembatasan ekspor mengurangi pasokan global, menyebabkan harga lebih tinggi. Hal ini akan memicu pembatasan ekspor baru untuk menahan tekanan harga domestik, menghasilkan multiplier effect pada harga internasional" lanjut Malpass.
Well, Indonesia sudah ikut melakukan pembatasan ekspor untuk minyak goreng dan bahan bakunya. Kebijakan itu diumumkan sendiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan mulai berlaku 28 April 2022 hingga batas waktu yang belum ditentukan.
BPS mencatat minyak sawit Indonesia diekspor ke lima benua yaitu Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa, dengan pangsa pasar utama di kawasan Asia. Pada 2020, negara pembeli minyak sawit mentah Indonesia dengan volume terbesar adalah India, Spanyol, Malaysia, Italia, dan Kenya.
Indeks harga minyak nabati dunia berpontensi kembali naik seiring ditutupnya keran ekspor minyak sawit dan bahan minyak goreng Indonesia. Adanya larangan ekspor minyak sawit Indonesia akan mengurangi pasokan minyak nabati global.
Kekhawatiran tersebut berpeluang memicu kepanikan pasar komoditas pangan dunia. Di sisi lain, pasokan minyak nabati dari Ukraina mengalami gangguan seiring perang antara Rusia Ukraina yang belum menunjukan tanda-tanda berdamai.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)