
Makin Ngeri! Kematian Akibat Covid-19 di Shanghai Menanjak

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus kematian akibat Covid-19 di Kota Shanghai, China, bertambah 12 orang pada Jumat (22/4/2022). Angka tersebut naik dari hari sebelumnya sebanyak 11 orang.
Adapun, lonjakan kasus kematian ini membuat warga setempat di kota itu merasa frustrasi. Apalagi, di tengah kebijakan lockdown yang cukup ketat.
Berdasarkan data resmi pemerintah setempat, terdapat penambahan 20.634 kasus infeksi Covid-19 tanpa gejala pada hari Jumat atau naik dari hari sebelumnya yang hanya 15.698 kasus.
Menurut pemerintah, para pasien yang meninggal kebanyakan berusia 88 tahun dan memiliki penyakit bawaan. Sementara dari mereka semua yang meninggal, tidak ada satupun yang divaksinasi.
"Salah satu strategi yang perlu diimplementasikan adalah meningkatkan tingkat dosis vaksinasi booster untuk orang tua dan kelompok rentan lainnya untuk melihat apakah vaksin mRNA dapat digunakan," kata Pakar kesehatan masyarakat di Curtin School of Population Health di Australia, Jaya Dantas seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (23/4/2022).
Menurut dia, China sendiri diketahui belum memperkenalkan vaksin mRNA sendiri, dan memilih untuk tidak mengimpor vaksin yang dikembangkan di luar negeri.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China pada hari Jumat, para ahli medis di kota timur laut Jilin mengatakan vaksin China sejauh ini cukup efektif. Meski begitu, varian baru Covid-19 yang muncul tetap tidak dapat diprediksi.
Meskipun tingkat frustasi masyarakat setempat terus meningkat, pejabat setempat menyatakan tidak akan melonggarkan penguncian sampai kasus baru di luar area karantina semuanya dibersihkan.
"Makin kritis periodenya, makin kita perlu menggertakkan gigi dan memfokuskan kekuatan kita," kata Walikota Shanghai Gong Zheng.
Jumlah kasus di luar area karantina mencapai 218 pada hari Jumat, turun dari 250 pada hari sebelumnya. Untuk diketahui, kebijakan lockdown seluruh kota Shanghai dimulai pada awal April, meskipun banyak penduduk yang telah dikurung di rumah lebih lama.
Meski setelah ditutup selama lebih dari 30 hari, namun masih ada saja temuan kasus baru. Sehingga hal ini menimbulkan keraguan pada stregi yang diterapkan China dalam membendung penyebaran virus corona.
"Ini adalah jumlah waktu yang signifikan dan memiliki dampak kesehatan mental: orang kelelahan dan frustrasi," kata Dantas.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Covid-19 Menurun, Shanghai Akhiri Lockdown?