
Yang Mahal Gak Cuma di RI, Daftar Negara Kena Tsunami Inflasi

Singapura
Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) mengetatkan kebijakan moneternya, Kamis (14/4/2022). MAS mengumumkan merubah titik tengah, menjadi lebih tinggi, dan sedikit menaikkan slope.
Ini juga karena inflasi. Harga-harga di negeri tetangga RI itu melonjak tajam diperburuk oleh perang Rusia-Ukraina dan hambatan pasokan global.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan. Kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).
Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.
Di Februari, inflasi tercatat 4,3%, dari bulan sebelumnya 4%, lebih tinggi dari prediksi analis 4,2%. Inflasi di bulan Februari tersebut menjadi yang tertinggi dalam 9 tahun terakhir.
Turki
Turki sendiri mengalami kenaikan inflasi hingga 61,14% pada Maret 2022. Angka itu memecahkan rekor selama 20 tahun.
Harga konsumen bulan ke bulan naik 5,46%. Angka itu tepat di bawah perkiraan jajak pendapat Reuters sebesar 5,7%.
Sementara inflasi harga konsumen didorong oleh naiknya harga bensin 13,29%. Harga pendidikan juga naik 6,55%.
Kemudian, harga transportasi naik 99,12%. Harga makanan dan minuman non-alkohol naik 70,33%.
Mengutip CNBC International, di pasar-pasar tradisional Turki, satu kilogram (kg) buah plum saja misalnya, dihargai 690-750 lira (US$ 47-51). Ini membuat warga harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk buah, apalagi jika penghasilannya sesuai UMR, US$ 290.
Sebenarnya bukan hanya geopolitik sekarang yang mempengaruhi kenaikan harga di Turki. Negeri Presiden Erdogan itu memang sudah mengalami inflasi tinggi sejak beberapa tahun terakhir, seiring merosotnya nilai mata uang lira dan keengganan bank sentral menaikkan suku bunga karena intervensi pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Erdogan menganggap suku bunga adalah dosa. Ia yakin bahwa kenaikan suku bunga hanya menguntungkan segelintir orang bukan masyarakat secara keseluruhan.
"Ekonomi Turki menderita sebagai akibat dari kebijakan moneter itu,"kata Arda Tunca, seorang ekonom independen dan kolumnis di situs berita Turki PolitikYol.
"Kebijakan moneter tidak berfungsi sama sekali."
(sef/sef)[Gambas:Video CNBC]
