Internasional

Yang Mahal Gak Cuma di RI, Daftar Negara Kena Tsunami Inflasi

Lucky Leonard Leatemia & sef, CNBC Indonesia
14 April 2022 18:00
singapura
Foto: REUTERS/Carlos Garcia Rawlins

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga barang-barang, termasuk makanan dan bahan bakar (BBM) terjadi di banyak negara di dunia saat ini. Serangan Rusia ke Ukraina menjadi biang keladi, belum lagi, sanksi yang dijatuhkan Barat ke Moskow.

Status Rusia sebagai pengekspor utama bahan baku, terutama minyak dan gas alam serta posisi Ukraina sebagai pemasok utama pertanian ke kawasan termasuk Afrika dan Timur Tengah, menjadikan konflik antara kedua negara sebagai "titik nyala" harga komoditas. Padahal, harga sudah meningkat karena pandemi Covid-19 yang menganggu randai pasokan akibat penguncian.

"Negara-negara ini mengekspor banyak bahan mentah," kata mantan wakil menteri perdagangan AS yang sekarang menjabat sebagai analis bisnis internasional di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), William Reinsch, sebagaimana dimuat The Hill.

"Jadi ketika pasokan dibatasi, konsekuensinya ... adalah bahwa harganya naik karena naik di mana-mana."

Kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam ekonomi disebut inflasi. Berikut beberapa contoh negara yang juga digulung "tsunami" inflasi di mana barang-barang juga mengalami kenaikan signifikan.

Halaman 2>>

Amerika Serikat

Amerika Serikat (AS) memiliki "musuh dalam selimut" yang makin menjadi-jadi. Ini merujuk ke inflasi yang makin tinggi di negara itu.

AS mencatatkan inflasi tahunan sebesar 8,5% pada Maret 2022, lebih tinggi dari Inflasi tahunan pada bulan sebelumnya sebesar 7,9%., Selasa (12/4/2022). Indeks harga konsumen itu juga menjadi yang tertinggi sejak Desember 1981.

Mengutip Biro Statistik Ketenagakerjaan AS, catatan inflasi itu pun berada di atas ekspektasi dalam konsensus para ekonom sebesar 8,4%. Secara bulanan, inflasi Maret 2022 sebesar 1,2%, sama dengan ekspektasi para ekonom.

Adapun, kenaikan harga bahan bakar, tempat tinggal, dan makanan menjadi kontributor utama kenaikan inflasi tersebut. Harga energi tercatat naik 32% dan harga makanan naik 8,8%, tertinggi sejak Mei 1981.

Mengutip CNBC International, data tersebut mencerminkan kenaikan harga yang belum pernah terlihat sejak stagflasi menghantam AS pada akhir 1970-an dan awal 1980-an. Akibat lonjakan inflasi tersebut, pendapatan riil yang sejatinya naik 5,6% pun belum dapat mengompensasi biaya hidup yang juga meningkat.

Inggris

Laju inflasi di Inggris mengalami kenaikan yang luar biasa di pengumuman Rabu (13/4/2022). Pada Maret 2022, laju inflasi di Inggris mencapai 7% secara tahunan atau tertinggi sejak 30 tahun terakhir.

Melansir CNBC International, inflasi Maret 2022 secara bulanan naik 1,1%. Dengam demikian, inflasi tahunan dan bulanan itu sama-sama di atas ekspektasi dalam jajak pendapat ekonom Reuters, yakni 6,7% dan 0,7%.

Kenaikan tahunan 7% dalam indeks harga konsumen (CPI) adalah yang tertinggi sejak Maret 1992. Sebelumnya, tingkat inflasi Inggris per Desember 2021 mencapai 5,4% secara tahunan, dan laju inflasi di Inggris mencapai 5,5% pada Januari 2022.

Tingginya harga energi menjadi faktor terbesar kenaikan inflasi di Inggris. "Pakaian dan alas kaki juga mendorong laju inflasi naik, meskipun ada penurunan harga-harga barang tradisional," kata Kepala Ekonom ONS, Grant Fitzner.

Bank of England (BoE) telah menaikkan suku bunga pada tiga pertemuan kebijakan moneter berturut-turut, menaikkan biaya pinjaman dari terendah bersejarah 0,1% menjadi 0,75%. Ini tampaknya menahan inflasi tanpa menghentikan pertumbuhan ekonomi.

India

Inflasi di India juga naik tajam. Bahkan para analis percaya tren kenaikan masih akan terus terjadi.

Data Kementerian Statistik India, menunjukkan inflasi ritel naik 6,95% pada Maret dari tahun lalu. Ini menandai bulan ketiga berturut-turut inflasi di atas target bank sentral India (RBI) sebesar 6%.

Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi telah mengamanatkan RBI untuk menjaga inflasi ritel pada 4%, dengan margin 2%, untuk periode lima tahun yang berakhir Maret 2026. Namun pekan lalu ini direvisi.

"Dalam urutan prioritas, kami sekarang menempatkan inflasi sebelum pertumbuhan. Saatnya tepat untuk memprioritaskan inflasi di atas pertumbuhan," kata Gubernur RBI Shaktikanta Das, awal pekan lalu.

RBI juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi India untuk tahun fiskal saat ini dari 7,8% menjadi 7,2%. Alasannya karena meningkatnya ketegangan geopolitik.

Halaman 3>>

Singapura

Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) mengetatkan kebijakan moneternya, Kamis (14/4/2022). MAS mengumumkan merubah titik tengah, menjadi lebih tinggi, dan sedikit menaikkan slope.

Ini juga karena inflasi. Harga-harga di negeri tetangga RI itu melonjak tajam diperburuk oleh perang Rusia-Ukraina dan hambatan pasokan global.

Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan. Kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).

Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.

Di Februari, inflasi tercatat 4,3%, dari bulan sebelumnya 4%, lebih tinggi dari prediksi analis 4,2%. Inflasi di bulan Februari tersebut menjadi yang tertinggi dalam 9 tahun terakhir.

Turki

Turki sendiri mengalami kenaikan inflasi hingga 61,14% pada Maret 2022. Angka itu memecahkan rekor selama 20 tahun.

Harga konsumen bulan ke bulan naik 5,46%. Angka itu tepat di bawah perkiraan jajak pendapat Reuters sebesar 5,7%.

Sementara inflasi harga konsumen didorong oleh naiknya harga bensin 13,29%. Harga pendidikan juga naik 6,55%.

Kemudian, harga transportasi naik 99,12%. Harga makanan dan minuman non-alkohol naik 70,33%.

Mengutip CNBC International, di pasar-pasar tradisional Turki, satu kilogram (kg) buah plum saja misalnya, dihargai 690-750 lira (US$ 47-51). Ini membuat warga harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk buah, apalagi jika penghasilannya sesuai UMR, US$ 290.

Sebenarnya bukan hanya geopolitik sekarang yang mempengaruhi kenaikan harga di Turki. Negeri Presiden Erdogan itu memang sudah mengalami inflasi tinggi sejak beberapa tahun terakhir, seiring merosotnya nilai mata uang lira dan keengganan bank sentral menaikkan suku bunga karena intervensi pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Erdogan menganggap suku bunga adalah dosa. Ia yakin bahwa kenaikan suku bunga hanya menguntungkan segelintir orang bukan masyarakat secara keseluruhan.

"Ekonomi Turki menderita sebagai akibat dari kebijakan moneter itu,"kata Arda Tunca, seorang ekonom independen dan kolumnis di situs berita Turki PolitikYol.

"Kebijakan moneter tidak berfungsi sama sekali."


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Mengudara, Bank Sentral Pasang Kuda-Kuda

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular