
Sri Lanka Semenderita Ini: Minyak Mahal, Tak Bisa Bayar Utang

Isu ini yang sekarang menjadi masalah baru di Sri Lanka. Bank sentral Sri Lanka (CBSL) mengungkapkan negaranya bakal kesulitan untuk membayar utang karena cadangan devisa terkuras untuk impor minyak.
"Kami harus fokus untuk mengimpor kebutuhan pokok. Bukan membayar utang luar negeri. Kita sudah sampai di titik membayar utang menjadi sangat menantang dan tidak mungkin," tegas P Nandalal Weesinghe, Gubernur CBSL, seperti dikutip dari Reuters.
Per Maret 2022, cadangan devisa Sri Lanka tercatat US$ 1,72 miliar, terendah sejak November tahun lalu. Cadangan devisa negara itu terus turun selama tiga bulan beruntun
Dibandingkan Indonesia, cadangan devisa Sri Lanka bak bumi dan langit. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Tanah Air per akhir Maret 2022 adalah US$ 139,13 miliar.
Sementara utang luar negeri Sri Lanka akhir 2021 adalah US$ 50,72 miliar. Jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia yang mencapai US$ 415,33 miliar.
Namun dengan ukuran 'kue' ekonomi yang besar, utang luar negeri Indonesia 'hanya' 35%. Sementara di Sri Lanka, nominal yang lebih kecil sudah memakan 60,85% dari PDB pada 2020.
Tahun ini, Sri Lanka memiliki kewajiban utang jatuh tempo senilai US$ 4 miliar, termasuk US$ 1 miliar kupon obligasi valas yang jatuh tempo pada Juli. Pekan ini, ada dua obligasi yang kuponnya harus dibayar senilai US$ 78 juta meski ada tenggang waktu (grace period) 30 hari.
"Default (gagal bayar). Tidak bisa dihindari lagi," ujar Murtaza Jafferjee, CEO J.B Securities, seperti dikutip dari Reuters.
Namun Jafferjee menegaskan default tersebut bisa berdampak positif. Pasalnya, uang yang semestinya dipakai untuk membayar utangĀ akan digunakan buat memenuhi kebutuhan rakyat.
Milo Gunasinghe, EM Asia Sovereign Credit Strategist di JPMorgan, menyebut ketidakmampuan Sri Lanka untuk membayar utang tentu akan menimbulkan konsekuensi. Salah satunya adalah mengundang kedatangan Dana Moneter Internasional (IMF).
"Inilah jalan menuju program IMF, menurut kami," ujar Gunasinghe, sebagaimana diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)[Gambas:Video CNBC]