Penjualan Makin Sepi, Orang RI Tak Sanggup Lagi Beli Barang?

Maesaroh, CNBC Indonesia
11 April 2022 15:05
Pasar Glodok, Jakarta Barat. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Foto: Pasar Glodok, Jakarta Barat. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Merajalelanya varian Omicron di Bulan Februari menyurutkan minat orang berbelanja. Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia menunjukkan kinerja Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Februari ada di level 200, tumbuh 12,9% secara tahunan (year on year).

Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan yang tercatat di bulan Januari (15,2%). Level IPR 200 adalah yang terendah sejak Oktober 2021 (195,5). Dibandingkan bulan Januari 2022, IPR di Februari anjlok 4,5%. Penurunan terjadi pada kelompok suku cadang dan aksesori, barang budaya dan rekreasi, serta bahan bakar kendaraan bermotor.


Sebagaimana diketahui, pada Februari, Indonesia tengah dihadapkan pada puncak gelombang III Covid-19 yang dipicu penyebaran varian Omicron.


Tambahan kasus Covid-19 di Indonesia bahkan mencetak rekor tertingginya pada 16 Februari 2022 (64.718).

Kenaikan kasus tersebut membuat pemerintah menaikkan status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk sebagian besar wilayah di bulan Februari. Wilayah Jabodetabek, misalnya, statusnya dinaikkan dari Level 2 menjadi Level 3. Kenaikan status tersebut berdampak pada pengetatan jam operasional tempat belanja.

"Responden menginformasikan penurunan dipengaruhi oleh turunnya permintaan masyarakat, pasokan yang lebih terbatas dan kondisi cuaca yang kurang mendukung," tutur Erwin Haryono, Direktur Eksekutif Informasi tentang Bank Indonesia, dalam siaran pers.

Kendati melemah, beberapa kota masih menunjukkan peningkatan IPR di bulan Februari seperti Medan, Denpasar dan Banjarmasin.

Kinerja penjualan eceran diperkirakan membaik secara bulanan di bulan Maret. IPR Maret diperkirakan menanjak ke level 204, tumbuh 2% (month to month /mtm) dan meningkat 8,6% (YoY).

"Peningkatan terjadi karena pelonggaran PPKM , melandainya kasus Covid-19 serta persiapan Ramadhan," tutur Erwin.




Peningkatan IPR di Maret terjadi di hampir semua kelompok termasuk makanan, minuman, dan tembakau serta suku cadang dan aksesori.
Bahan bakar rumah tangga juga tumbuh tinggi di Maret seiring meningkatnya mobilitas warga ke tempat kerja dan belanja.

Survei Bank Indonesia juga memperkirakan penjualan eceran pada Mei dan Agustus tahun ini meningkat tajam.
Indeks Ekspektasi Penjualan Mei dan Agustus masing-masing tercatat 157,8 dan 155,1. Bandingkan dengan 151,8 dan 143,1 yang tercatat pada bulan sebelumnya.

Peningkatan di bulan Mei didorong perayaan Idul Fitri sementara pada Agustus didukung cuaca dan banyaknya program diskon pada perayaan Hari Kemerdekaan RI. Seperti diketahui, Hari Raya Idul Fitri tahun ini diperkirakan jatuh pada 2 Mei.

Dari sisi harga, responden memprakirakan tekanan inflasi pada Mei dan Agustus 2022 (3 dan 6 bulan yang akan datang) meningkat. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Mei diprakirakan mencapai 141,3, lebih tinggi dibandingkan 139,1. Hal ini sejalan dengan pola historis kenaikan harga saat Hari Raya Idulfitri. IEH Agustus juga diprakirakan meningkat menjadi 132,4 dari 129,8.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bangkit! Penjualan Ritel Nanjak, Ekonomi RI Siap Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular