Pajak Naik, Sembako Naik, Apa-apa Naik! Ramadan Prihatin?

Maesaroh, CNBC Indonesia
04 April 2022 16:09
Ilustrasi Toko Kosmetik
Foto: Ilustrasi Toko Kosmetik (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga-harga yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir kemungkinan belum berdampak serius terhadap kinerja konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2022. Namun, konsumsi terancam kembali menurun pada kuartal II-2022 setelah Lebaran usai.

Pelonggaran mobilitas hingga persiapan Lebaran ditengarai menjadi penyebab masih tingginya permintaan di tengah lonjakan harga mulai dari minyak goreng hingga BBM.

"Kalau kami melihat kenaikan harga barang pada kuartal I belum menekan konsumsi karena tingkat inflasinya masih di kisaran 2%. Indikator-indikator konsumsi pun membaik pada kuartal I," tutur ekonom Bank Danamon Irman Faiz, kepada CNBC Indonesia.

Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahun kalender Maret atau sepanjang tahun ini sebesar 1,2%. Secara historis, pertumbuhan konsumsi rumah tangga ada di kisaran 5%.

Namun, pertumbuhan kelompok pengeluaran tersebut ambles sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Konsumsi rumah tangga terkontraksi sepanjang kuartal II tahun 2020 hingga kuartal I tahun 2021.


Konsumsi rumah tangga baru tumbuh positif kembali pada kuartal II-2021. Sebagai catatan, konsumsi rumah tangga Indonesia biasanya mencapai puncak pada periode Ramadan dan menjelang Lebaran. Pada tahun ini, Ramadhan jatuh pada 2 April dan Lebaran kemungkinan dirayakan pada 2 Mei.

Bank Danamon memperkirakan konsumsi rumah tangga di kuartal I tahun ini bisa mencapai 5-5.5%. "(Pertumbuhan) didorong oleh perbaikan mobilitas dan base tahun lalu yang cukup rendah," imbuhnya.


Irman menambahkan konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi pada kuartal II tahun ini tetapi angkanya lebih rendah dibandingkan kuartal I.
"Pada kuartal II kita lihat kondisi mobilitas juga membaik, dengan pemerintah yang terus melonggarkan restriksi mobilitas. Konsumsi masih dapat tumbuh pada kisaran 4,6-5%," ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan momen Ramadan dan Lebaran akan sangat membantu tingkat kunjungan, penjualan barang di pusat-pusat perbelanjaan, hingga pertumbuhan ekonomi pada kuartal I dan II tahun ini.

"Tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan pada saat bulan Ramadan dan Idul Fitri tahun ini diperkirakan akan meningkat sekitar 30% dari bulan Ramadan dan Idul Fitri 2021 lalu," tutur Alphonzus, kepada CNBC Indonesia.

Dengan tingginya kunjungan ke mal dan pusat perbelanjaan selama Ramadan dan Lebaran, maka rata-rata kunjungan ke pusat perbelanjaan pada tahun ini mencapai 70-80%. "Yang mana lebih baik dari 2020 yang hanya mencapai 50% dan tahun 2021 yang hanya mencapai 60% dibandingkan dengan sebelum pandemi," ujarnya.

Tingkat kunjungan ke mal dan pusat perbelanjaan mengalami pasang surut selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Tingkat kunjungan ke mall di Jakarta turun drastis saat penerapan PPKMM Level 4. bulan Agustus 2021, saat PPKMN Level 4 dilonggarkan, tingkat kunjungan ke mall masih di kisaran 15-20% karena belum diizinkannya anak-anak masuk ke mall.

Data Indeks belanja (Mandiri Spending Index/MSI) menunjukan indeks mulai bergerak positif di awal Maret setelah terkontraksi di Februari. Indeks diperkirakan akan konsisten meningkat mulai pertengahan Maret hingga pertengahan Mei seiring pelonggaran mobilitas dan periode Ramadan dan Lebaran di awal April hingga awal Mei 2022.

Sementara itu, survei Bank Indonesia menunjukkan kinerja penjualan eceran di tertahan di bulan Februari 2022. Indeks Penjualan Riil (IPR) Februari ada di 202,8.

Secara tahunan, IPR memang masih naik 15,2% dibandingkan Februari tahun lalu. Namun, angka tersebut lebih rendah dibandingkan yang tercatat di Januari (209,6).

Responden juga memperkirakan penjualan eceran pada April akan meningkat tetapi menurun pada Juli. Indeks Eskpektasi Penjualan April diperkirakan mencapai 151,8 meningkat dibandingkan 141 pada bulan sebelumnya sejalan dengan peningkatan permintaan masyarakat selama Ramadan.

Namun, Indeks Ekspektasi Penjualan Juli diperkirakan turun ke level 143,1 dari 144,7 di bulan Juni karena moderasi permintaan masyarakat.

Mandiri Spending Index/MSISumber: Mandiri Institute

Roy Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), mengatakan kenaikan harga barang-barang akibat meningkatnya tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) akan membuat orang mengerem belanja. Kenaikan PPM sebesar 1% menjadi 11% pada awal April akan berimbas pada 30.000 item barang yang dijual di pasar ritel.

"Otomatis akan ada penahanan belanja. Ini kan pandeminya belum selesai sehingga masih ada lapisan masyarakat yang menahan belanja. Kalaupun belanja, market size tidak akan setinggi sebelum pandemi," tutur Roy.

Roy mengingatkan perang Rusia-Ukraina dan kenaikan harga pangan dan energi di tingkat global juga membuat sebagian masyarakat akan khawatir. Mereka kemungkinan akan memilih saving daripada belanja. "Ada kekhawatiran sehingga konsumsi bisa tertekan padahal konsumsi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi," tuturnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular