Bank Dunia Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa di Bawah 5%!

Maesaroh & Maesaroh, CNBC Indonesia
Rabu, 06/04/2022 11:35 WIB
Foto: Jakarta (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,6-5,1% untuk tahun ini. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan sebelumnya yakni 5,2%.

Proyeksi 5,1% merupakan skenario dasar (baseline) dengan mempertimbangkan kondisi terkini. Skenario tersebut memperkirakan bahwa perekonomian global masih terdampak Covid-19 pada semester I-2022 tetapi kemudian bangkit pada paruh kedua.

Harga komoditas juga akan turun dari level sekarang tetapi masih tetap tinggi dibandingkan perang karena gangguan produksi dan perdagangan. Skenario baseline dengan mempertimbangkan ekonomi global hanya turun 1% .



Pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4,6% adalah skenario rendah (low scenario) dengan mempertimbangkan naiknya ketidakpastian global. Skenario tersebut memperkirakan perekonomian global baru bangkit pada akhir 2022. Skenario rendah juga mempertimbangkan adanya gangguan pasokan dan permintaan dan ekonomi global turun lebih dari 1%.

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi China dan Amerika Serikat akan berpengaruh besar terhadap perekonomian negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Jika pertumbuhan China turun 1% maka ekonomi Indonesia bisa melemah 0,1% sementara jika Amerika Serikat bisa menurunkan pertumbuhan Indonesia 0,2%.

Bank Dunia mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih rendah, terutama karena dampak dari perang Rusia-Ukraina. "Gejolak perang di Ukraina mengganggu pasokan komoditas, meningkatkan tekanan keuangan, dan menghambat pertumbuhan global," tutur Bank Dunia, dalam laporannya yang berjudul Menerjang Badai.

Bank Dunia menjelaskan perang Rusia-Ukraina terjadi di saat dunia masih belum pulih sepenuhnya dari pandemi Covid-19. Perang juga berlangsung saat dunia masih dihinggapi kekhawatiran mengenai tingginya inflasi global, pengetatan kebijakan The Fed, serta perlambatan struktural di China.


Bank Dunia mengatakan negara pengekspor komoditas, seperti Indonesia memang dapat meredam kenaikan harga internasional dengan lebih mudah daripada negara-negara pengimpor komoditas, seperti Fiji dan Thailand. Namun, tetap saja kenaikan harga komoditas akan merembes kepada sektor lain dan bisa meningkatkan inflasi.

Sebagai catatan, neraca perdagangan Indonesia di bulan Februari 2022 mencatatkan surplus sebesar US$ 3,82 miliar karena ekspor melonjak 34% secara tahunan.
APBN juga mencatatkan surplus di bulan Februari karena tingginya penerimaan dari komoditas.


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bank Dunia: Kelas Menengah RI Dirundung Pelemahan Daya Beli

Pages