
Bank Dunia Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa di Bawah 5%!

Dalam laporannya, Bank Dunia juga mengingatkan Indonesia akan beberapa hal. Di antaranya adalah besarnya kesenjangan ekonomi, ketidakmampuan Indonesia memanfaatkan global value chain, efisiensi bantuan sosial, keuangan BUMN, serta belum kembalinya pendapatan masyarakat Indonesia ke level sebelum pandemi.
Bank Dunia memuji negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia dalam memberikan perlindungan sosial di tengah badai pandemi. Kombinasi kebijakan kombinasi pengendalian harga dan subsidi seperti pengurangan pajak bisa membantu dalam jangka pendek.
"Tetapi (bantuan) tidak efisien dan tidak berkelanjutan secara fiskal," tulis Bank Dunia.
Menurut Bank Dunia, efisiensi fiskal perlu ditingkatkan, terutama dalam memberikan dukungan kepada rumah tangga dan dunia usaha. "Kebijakan fiskal ekspansif yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah atau BUMN (Badan Usaha Milik Negara) tidak boleh melemahkan viabilitas keuangan mereka," tutur Bank Dunia.
Indonesia juga diminta memperkuat kebijakan makroprudensial untuk memitigasi risiko-risiko dari pengetatan keuangan global. Kebijakan moneter harus tetap waspada terhadap tekanan inflasi tetapi saat ini masih dapat tetap mendukung pemulihan karena suku bunga riil relatif tinggi sedangkan tingkat inflasi inti (core inflation) relatif rendah.
Pandemi Covid-19 telah meningkatkan kesenjangan yang tercermin dari naiknya rasio gini 0,380 pada September 2020 menjadi 0,381 pada September 2021. Bahkan sempat naik ke 0,384 pada Maret 2021.
Indonesia, menurut Bank Dunia, juga tidak bisa memanfaatkan kesempatan untuk menjadi bagian rantai pasok global. Contoh nyata adalah saat terjadi gempa Jepang pada tahun 2011. Perusahaan Jepang lebih memilih merelokasi pabriknya ke Vietnam daripada ke Indonesia.
Contoh serupa terjadi dalam dua tahun terakhir di mana Indonesia belum menjadi pilihan favorit untuk menjadi relokasi pabrik saat banyak perusahaan Amerika Serikat mengalihkan permintaan mereka dari China ke negara lain. Pada saat terjadi gangguan pasok di mana terjadi gangguan pasokan, Indonesia juga kurang bisa memaksimalkan kesempatan.
Porsi Indonesia ke dalam rantai pasok global dibandingkan negara-negara Asia Tenggara stagnan yakni sekitar 5 sementara negara lain seperti Vietnam melonjak drastis bahkan hingga mendekati 25.
![]() |
Bank Dunia juga mengingatkan Indonesia akan masih rendahnya penerimaan masyarakat Indonesia. Lebih dari setengah penduduk Indonesia berpendapatan lebih rendah pada akhir 2021 dibandingkan sebelum masa pandemi di tahun 2019. Angka Indonesia lebih besar dibandingkan dengan Malaysia (sepertiga rumah tangga).
"Bansos menjadi instrumen penting untuk menahan laju kemiskinan pada 2020 tetapi hitungan kami mengindikasikan pengurangan bansos di tahun 2021 bisa membuat kenaikan kemiskinan," tutur Bank Dunia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka kemiskinan per Septemebr 2021 ada di angka 9,71%, lebih rendah dibandingkan Maret 2021 (10,14%). Namun,angka kemiskinan masih lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi yakni September 2019 (9,22%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]