Rusia, Ukraina, Indonesia, dan Penyakit Belanda...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 April 2022 14:20
Bongkar Muat Batu Bara
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Untuk minyak bumi, gas alam, atau biji bunga matahari, Indonesia memang bukan pemain utama di pasar dunia. Namun Indonesia kaya akan komoditas penggantinya.

Saat harga minyak dan gas makin mahal, batu bara menjadi pilihan terutama untuk keperluan pembangkit listrik. Di Jerman, pembangkitan listrik dengan batu bara pada pekan yang berakhir 27 Maret 2022 adalah 8.792 MWh/jam. Naik 18% dibandingkan pekan sebelumnya. Dibandingkan pekan yang sama tahun lalu, tumbuh 79,8%.

Nah, di sini Indonesia punya peranan penting. Indonesia adalah eksportir batu bara terbesar dunia.

Kemudian saat minyak biji bunga matahari susah didapat, maka minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) adalah penggantinya. Seperti halnya batu bara, Indonesia juga pemain utama di pasar CPO dunia.

Pada 2021, US Department of Agriculture memperkirakan volume ekspor CPO Indonesia mencapai 29,5 juta ton. Nomor satu dunia, jarak dengan Malaysia di peringkat kedua pun cukup jauh.

Tingginya permintaan terhadap batu bara dan CPO membuat harga dua komoditas ini melonjak. Secara year-to-date, harga batu bara dan CPO meroket masing-masing 70,44% dan 21,18%.

Melimpahnya kekayaan batu bara dan CPO, plus harga yang sedang naik, membuat Indonesia 'mandi uang'. Buktinya terlihat di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Per akhir Februari 2022, APBN membukukan surplus Rp 19,71 triliun atau 0,11% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Bulan sebelumnya, APBN juga surplus Rp 28,9 triliun.

Salah satu kontributor penting dalam surplus tersebut adalah penerimaan Bea Keluar (BK). Per 28 Februari 2022, realisasi penerimaan BK adalah Rp 6,57 triliun. Meroket 176,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Tingginya kinerja ini didorong tingginya harga komoditas dan volume ekspor tembaga yang meningkat. Tingginya harga tembaga disebabkan ketatnya pasokan dampak tutupnya bursa Tiongkok (dampak Imlek), merosotnya produksi tambang dunia di Las Bambas Peru, serta kekhawatiran terganggunya pasokan/permintaan imbas krisis Rusia-Ukraina. Selain itu, harga CPO masih tinggi akibat ketatnya persediaan global sebagai dampak turunnya produksi dari Malaysia," papar laporan APBN Kita edisi Maret 2022.

Halaman Selanjutnya --> Awas Penyakit Belanda!

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular