Rusia, Ukraina, Indonesia, dan Penyakit Belanda...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 April 2022 14:20
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Namun di tengah gelimang harta ini tersimpan bahaya yang luar biasa. Jika terlalu nyaman, terlalu enak, terlalu asyik jualan barang mentah, menjual tanah air, maka Indonesia tidak akan memiliki industri manufaktur yang bernilai tambah.

Jangan sampai Indonesia terjebak terus-terusan mengidap Penyakit Belanda alias Dutch Disease. Penyakit ini ditandai oleh ekonomi suatu negara yang sangat mengandalkan komoditas sehingga lupa mengembangkan sektor yang memiliki nilai tambah seperti industri pengolahan.

Harus diakui, ini terjadi di Indonesia. Peranan sektor manufaktur dalam pembentukan PDB semakin berkurang. Kini sumbangan sektor manufaktur sudah di bawah 20%. Deindustrialisasi.

Indonesia harus berubah. Ke depan, jangan lagi menggantungkan diri dari penjualan bahan mentah. Indonesia mesti mengembangkan industri, yang berdaya saing dan memberikan nilai tambah.

Belanda lama berkuasa Indonesia, dan 'penyakitnya' juga menulari Ibu Pertiwi. Ini harus segera disembuhkan...

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular