
Drama Shanghai Lockdown! Karyawan Nginap di Kantor-Bawa Mie

Jakarta, CNBC Indonesia - Pusat keuangan China, Shanghai, melakukan lockdown sejak awal pekan ini. Hal tersebut dilakukan karena meningkatnya kasus Covid-19, termasuk yang tak bergejala, di kota itu.
Lockdown pun dibagi dalam dua tahap. Sisi timur di Sungai Huangpu ditutup dari 28 Maret hingga 1 April, lalu sisi barat ditutup empat hari kemudian hingga 5 April.
"Masyarakat diminta untuk mendukung, memahami dan bekerja sama dengan pekerjaan pencegahan dan pengendalian epidemi kota, dan berpartisipasi dalam pengujian asam nukleat secara tertib," kata otoritas saat mengumumkannya Minggu.
Lockdown ini menjadi masalah bagi banyak lembaga keuangan dan bisnis di sana. Perusahaan mencoba mengakali penguncian agar kantor masih tetap beroperasi.
Beberapa perusahaan akhirnya melakukan "operasi pintu tertutup". Perusahaan meminta staf penting untuk tinggal di kantor selama hari-hari penguncian untuk menghindari gangguan selama lockdown besar-besaran dilakukan.
"Trader dan manajer keuangan ditawari antara US$ 78 hingga US$ 314 per malam untuk berkemah di tempat kerja, dengan beberapa perusahaan menempatkan tempat tidur lipat di bawah meja pekerja," kata sumber CNN Business, dikutip Kamis (31/3/2022).
"Perusahaan lain juga menyediakan tempat tidur bagi staf, tas, makanan, dan perlengkapan mandi."
Hal senada juga dimuat Financial Times. Bahkan media itu menggambarkan, bagaimana kesibukan sudah dimulai sejak delapan jam sebelum penguncian.
"Lebih dari 30 rekan di departemen perdagangan, penyelesaian dan teknologi dipanggil pada Minggu malam," kata seorang pedagang valas yang meminta agar tempat ia berkerja tidak disebutkan namanya, Alex Wang.
"Saya membawa selusin cangkir mie instan untuk berjaga-jaga," katanya lagi.
Mengutip Newsweek, Pabrik mobil listrik Tesla Juga mengeluarkan arahan serupa ke karyawan. Pabrik dilaporkan mencoba memanggil staf untuk menginap meski tak jadi karena minimnya logistik.
"Shanghai menyumbang sekitar 4% dari output ekonomi China," kata analis Larry Hu dari Macquarie Capital.
Hu menambahkan bahwa penguncian ini dapat menjadi hambatan berat China yang menginginkan pertumbuhan ekonomi 5,5% tahun ini. Belanja konsumen dan sektor real estat China, yang sudah berada di bawah tekanan serius, kemungkinan akan menanggung beban terberat.
"China seharusnya dapat menahan virus dalam beberapa minggu ke depan, karena penguncian efektif. Tetapi Covid memang menimbulkan risiko pertumbuhan yang substansial di sisa tahun ini, karena penguncian sangat mahal," ujarnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jreng! China Lockdown Shanghai, Covid Makin Ngeri?