Internasional

Cerita "Mimpi Buruk" Lockdown China, Warga Shanghai Kelaparan

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
20 April 2022 15:40
A worker in protective suit talks with a resident at a residential area under lockdown amid the coronavirus disease (COVID-19) pandemic, in Shanghai, China April 17, 2022. REUTERS/Aly Song Foto: REUTERS/ALY SONG

Jakarta, CNBC Indonesia - China memang menerapkan sistem "nol Covid-19". Ini memungkinan penguncian ketat ke wilayah yang terinfeksi Covid-19.

Ini pun terjadi di kota Shanghai. Namun, lockdown yang terlalu lama dilaporkan membuat warga kelaparan karena tidak adanya stok makanan serta minuman.

Dengan pengakuan pihak berwenang, fenomena kekurangan pangan di Shanghai ini, sebagian besar merupakan karena kurangnya perencanaan dan koordinasi. Meskipun ada janji resmi dari pemerintah, bantuan pemerintah tidak dapat diandalkan di banyak bagian kota.

Para lansia pun menjadi korbannya. Sebab bantuan pemerintah nyatanya tidak sampai ke kompleks apartemen yang dipenuhi pensiunan.

Kepala Biro Beijing untuk CNN International, Steven Jiang, misalnya. Ia mengatakan ayahnya adalah salah satu 'korban' lockdown.

Ia bercerita bagaimana sang ayah yang berusia 73 tahun mengirim pesan tentang persediaan makanannya yang menyusut akhir pekan lalu. "Akan habis dalam beberapa hari jika tidak ada pemberian pemerintah segera," kata ayahnya dalam pesan pendek.

Jiang mengatakan, berbelanja makanan secara daring (online) pun jadi sangat sulit. Aplikasi retail tak aktif setiap malam dan baru dapat kembali online beberapa jam kemudian dengan pesan "tidak ada lagi slot pengiriman untuk hari ini".

Ia akhirnya terpaksa merogoh 398 yuan atau setara Rp892 ribu (asumsi Rp2.240/yuan) hanya untuk lima kilogram sayuran dan 60 butir telur yang dibeli di pasar retail online mewah, yang dapat dikirim same-day.

"Tidak sedikit keluarga saya yang terkejut dengan harga pangan yang mahal. Saya jadi berpikir, bagaimana dengan penduduk yang tak terhitung jumlahnya yang tidak mampu membeli bahan makanan dengan harga murah?" kata Jiang.

Setelah berulang kali menyangkal kota itu akan dikunci, pihak berwenang Shanghai tiba-tiba mengubah arah pada akhir Maret dan menutup seluruh kota metropolitan pada awal April. Pemerintah awalnya menyebutnya lockdown berkala, di mana sisi kota dibagi dua masa penguncian.

Namun, dengan puluhan ribu infeksi baru dilaporkan setiap hari, pemerintah terus memperpanjang lockdown. Bahkan memerintahkan komunitas perumahan dengan satu kasus positif baru untuk disegel selama 14 hari tambahan.

Pelonggaran dikatakan akan dilakukan Rabu ini. Namun akhir pekan lalu, lockdown yang tak berkesudahan menimbulkan kemarahan terhadap kebijakan pemerintah yang terobsesi pada misi 'nol-Covid'.

China sendiri kini tercatat memiliki total 191.112 kasus infeksi, bertambah 2.761 kasus, dan 4.655 kematian, bertambah 7 kasus per Rabu (20/4/2022), menurut data Worldometers.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Lockdown Ganggu Kegiatan Bisnis Shanghai


(tfa/sef)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading