'Senjata' Putin Ampuh! Eropa Tunduk?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
25 March 2022 10:39
Gak Main-main, 4 'Senjata' Rusia untuk Skakmat AS & Eropa
Foto: Infografis/Gak Main-main, 4 'Senjata' Rusia untuk Skakmat AS & Eropa/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin membalas rentetan sanksi terhadap negaranya dengan rencana menjual gas Rusia dalam rubel. Bukan dengan dolar Amerika Serikat (AS) atau euro.

Pernyataan ini diutarakannya Rabu (23/3/2022) malam dalam pertemuan yang disiarkan televisi dengan para menteri tinggi pemerintah.

"Rusia akan terus, tentu saja, untuk memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga ... tetap dalam kontrak yang disepakati sebelumnya," tegas Putin, dikutip CNBC International, Kamis.

"Mata uang pembayaran ... akan diubah ke rubel Rusia."

Keputusan ini diberlakukan untuk negara-negara yang tak bersahabat dengan Rusia termasuk anggota Uni Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat. Sebelumnya, akibat serangan ke Ukraina, Moskow diberondong sanksi oleh Barat termasuk larangan masuk, pembekuan aset, pemutusan dari sistem pembayaran global dan larangan ekspor.

Putin mengatakan pemerintah dan bank sentral memiliki waktu satu minggu untuk menemukan solusi tentang bagaimana memindahkan operasi ini ke mata uang Rusia. Raksasa gas negara itu, Gazprom juga akan diperintahkan untuk membuat perubahan yang sesuai pada kontrak gas.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan pada bahwa permintaan Putin merupakan pelanggaran kontrak. Habeck mengatakan bahwa Berlin akan membahas tanggapan dengan mitra Eropa.

Sebagian besar transaksi komoditas global dibanderol dalam dolar dan pada sebagian kecil dengan euro. Transaksi perdagangan gas dari Rusia akan sulit jika rubel disahkan jadi mata uang yang berlaku. Hal ini dipandang jadi kesempatan untuk peninjauan ulang bagi negara Uni Eropa untuk kontrak pembelian gas dengan Rusia.

"Bersikeras pada pembayaran rubel dapat memberi pembeli alasan untuk membuka kembali aspek lain dari kontrak mereka , seperti durasi dan hanya mempercepat keluarnya mereka dari gas Rusia sama sekali," kata Vinicius Romano, analis senior di perusahaan konsultan Rystad Energy.

Secara garis besar, kebijakan Putin jadi pukulan lain bagi Eropa. Para pedagang akan lebih takut untuk membeli gas dari Rusia. Sebab saat ini Rusia sedang dikucilkan oleh keuangan dunia.

Ini membuat banyak pedagang takut untuk bertransaksi dengan segala hal yang berhubungan dengan Rusia. Padahal mencari pasokan gas dengan waktu singkat tidaklah mudah.

Uni Eropa bergantung pada 41% impor gas dan 27% minyak dari Rusia. Pasokan yang terbatas akan membuat harga energi kian mahal. Setelah pernyataan Putin, harga gas Eropa melonjak 18,49% menjadi Euro 117 per MWh. Alhasil inflasi Uni Eropa diperkirakan meroket 6,5% year-on-year pada bulan Maret.

Komisi Eropa mengusulkan undang-undang yang akan menetapkan tingkat penyimpanan gas alam minimum 80% sebuah langkah yang dimaksudkan untuk memastikan pasokan energi yang cukup untuk melewati musim pemanasan musim dingin berikutnya.

Komisi juga memberikan opsi untuk kemungkinan tindakan darurat untuk menghadapi lonjakan harga listrik. Caranya termasuk kompensasi finansial, baik di tingkat eceran atau grosir, atau batasan peraturan untuk harga maksimum yang dapat dikenakan untuk gas.

Bahkan jika Uni Eropa harus beralih ke batu bara pun tidak akan membantu karena Rusia berperan 46,7% terhadap impor keseluruhan.

Uni Eropa (UE) terbelah dalam memutuskan untuk memboikot minyak Rusia. Negara-negara UE berdebat tentang apakah akan memberikan sanksi langsung terhadap minyak dan gas Rusia, sebuah langkah yang sudah diambil oleh Amerika Serikat.

Jerman dan Belanda, anggota yang pengguna utama minyak mentah Rusia, berpendapat bahwa UE tidak dapat mengurangi ketergantungannya pada pasokan Rusia dalam semalam.

Hungaria menentang larangan impor energi Rusia, sementara Bulgaria mengatakan akan mencari pengecualian jika larangan tersebut disetujui. Beberapa kilang yang berada di Eropa Timur dan Jerman hampir sepenuhnya bergantung pada pasokan minyak mentah Rusia yang disalurkan melalui jaringan pipa.

Sementara itu, anggota lain memilih menghindari minyak mentah Rusia secara sukarela untuk menghindari kerusakan reputasi atau kemungkinan kesulitan hukum. Meskipun para pedagang di negaranya memperingatkan tentang potensi kekurangan pasokan.

Kepala eksekutif dari tiga pedagang energi terbesar, Vitol, Gunvor, dan Trafigura, mengatakan perusahaan mereka telah menghentikan pembelian spot minyak Rusia. Tetapi tetap menjalankan kontrak jangka panjang yang sudah ada.

Trafigura memperkirakan akan kehilangan minyak mentah dan produk Rusia sebesar 2 juta hingga 2,5 juta barel per hari (bph). Sedangkan Vitol dan Gunvor mengatakan penurunan itu sulit untuk dihitung, tetapi mereka memperkirakan kekurangannya tidak akan melebihi 3 juta bph.

"Pekan lalu data awal menunjukkan bahwa impor minyak mentah Rusia turun sekitar 0,5 juta barel per hari. Jumlah tersebut dapat melebar menjadi 1,5 juta hingga 2 juta barel per hari ini dan minggu depan," ujar konsultan FGE.

Tetapi tanpa embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia, analis Commerzbank Carsten Fritsch mengatakan sanksi tidak mungkin berdampak besar pada pasar minyak.

Amerika Serikat dan sekutunya, sementara itu, sedang mendiskusikan kemungkinan pelepasan minyak lebih lanjut yang terkoordinasi dari penyimpanan untuk membantu menenangkan pasar minyak.  Kanada juga siap amankan energi global. Kanada mengatakan memiliki kapasitas untuk meningkatkan ekspor minyak dan gas alam hingga 300.000 barel per hari (bph) pada tahun 2022.

Akibatnya harga minyak mentah dunia anjlok 2% pada perdagangan kemarin. Minyka jenis brent ditutup di US$ 119,03/barel, melemah 2,11% dibanding hari sebelumnya.  Sementara minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) ambles 2,25% ke US$ 112,34/barel.

Uni Eropa bergantung pada 41% impor minyak dan 27% impor gas dari Rusia. Pasokan yang terbatas akan membuat harga energi kian mahal. Di UE pada 2019, tingkat ketergantungannya sama dengan 61%, yang berarti lebih dari setengah kebutuhan energi UE dipenuhi oleh impor bersih. Data dari Badan Uni Eropa untuk Kerjasama Regulator Energi menunjukkan pasokan beberapa negara bisa collapse energi karena ketergantungannya ke Rusia.

Jerman mengimpor sekitar setengah dari gasnya dari Rusia. Kemudian Perancis hanya memperoleh seperempat dari pasokannya dari negara itu. Sumber gas Prancis terbesar adalah Norwegia yang memasok 35%.

Italia juga akan menjadi salah satu yang paling terkena dampak ketergantungan 46% pada gas Rusia.

Akan tetapi risiko krisis energi ditanggung lebih besar oleh negara-negara yang lebih kecil seperti Makedonia Utara, Bosnia dan Herzegovina, dan Moldova. Ketergantungan pasokan gas Finlandia dan Latvia terhadap gas dari Rusia bahkan berada di atas 90%. Sementara Serbia memasok 89% gas alamnya dari Rusia.

Sementara Inggris mungkin akan lebih aman karena setengah dari pasokan gasnya bersumber dari dalam negeri dan sebagian besar impor dari Norwegia dan Qatar.

Distribusi Gas Rusia di EropaSumber: Statista

Begitu juga Spanyol yang tidak ada dalam daftar pelanggan utama Rusia. Mitra dagang terbesar Negeri Matador itu adalah Aljazair dan AS.

Ketergantungan terhadap gas alam Rusia yang juga terjadi di Belanda, Rumania. Bahkan di Georgia, Irlandia, dan Ukraina hampir tidak ada ketergantungan pada gas Rusia.

Namun, Ukraina telah membeli gas alam dari Uni Eropa sejak 2015 setelah konflik bersenjata sebelumnya dengan Rusia terkait Krimea. Ini berarti dapat dikenakan tetap memiliki risiko terdampak dari Rusia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular