Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia turun pada perdagangan pagi hari ini. Kemarin, harga si minyak hitam pun ditutup anjlok.
Pada Jumat (25/3/2022) pukul 07:14 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 118,65/barel. Turun 0,32% dari hari sebelumnya.
Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 111,76/barel. Berkurang 0,52%.
Harga emas melanjutkan koreksi yang terjadi kemarin. Harga brent dan light sweet pada perdagangan kemarin ambles masing-masing 2,11% dan 2,25%.
Ada kemungkinan investor melakukan aksi ambil untung (profit taking) harga harga emas melonjak tajam belakangan ini. Meski kemarin dan hari ini turun, tetapi harga brent dan light sweet dalam seminggu terakhir masing membukukan kenaikan 9,59% dan 8,09% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga naik 20,73% dan 19,18%.
So, cuan yang dijanjikan saat memegang kontrak minyak masih menggiurkan. Selama ada iming-iming keuntungan, maka risiko tekanan jual akan membayangi komoditas ini.
Dari sisi fundamental, koreksi harga minyak terjadi akbat perkembangan di Eropa. Perang Ukraina-Rusia masih berlangsung, sanksi pun selalu menghantui Negeri Beruang Merah.
Amerika Serikat (AS) sudah memberlakukan sanksi larangan ekspor minyak dari Rusia. Presiden Joseph 'Joe' Biden mengharamkan minyak dari Rusia masuk ke negaranya.
Uni Eropa awalnya dikabarkan bakal memberlakukan sanksi serupa. Namun ternyata tidak ada kesepakatan, karena banyak negara yang masih tergantung kepada pasokan minyak dari Rusia.
"Pertanyaan soal embargo minyak ini bukan apakah kami mau atau tidak, tetapi seberapa besar ketergantungan kami terhadap minyak. Jerman banyak mengimpor (minyak dari Rusia), dan ada pula negara-negara anggota Uni Eropa lain yang belum bisa menghentikan impor minyak," tegas Annalena Baerbock, Menteri Luar Negeri Jerman, sebagaimana diwartakan Reuters.
Jerman adalah negara dengan perekonomian terbesar di Eropa. Oleh karena itu, suara Negeri Panser akan sangat menentukan keputusan Uni Eropa, tidak bisa dianggap remeh. Tanpa restu Jerman, sangat mungkin embargo terhadap minyak Rusia oleh Uni Eropa tidak akan terjadi.
Artinya, minyak Rusia masih bisa masuk ke negara-negara lain di Eropa. Ini membuat pasokan belum seret-seret amat sehingga harga untuk sementara berhenti melambung.
TIM RISET CNBC INDONESIA