Internasional

Jadi Sekutu Baru Nih? Arab Makin Dekat ke China

sef, CNBC Indonesia
24 March 2022 12:10
Bendera Arab Saudi dan Cina digantung di depan Gerbang Tiananmen sebelum kunjungan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman ke Beijing, Cina 21 Februari 2019. REUTERS / Jason Lee
Foto: Bendera Arab Saudi dan Cina digantung di depan Gerbang Tiananmen sebelum kunjungan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman ke Beijing, Cina 21 Februari 2019. REUTERS / Jason Lee

Jakarta, CNBC Indonesia - Arab Saudi kini dilaporkan makin dekat dengan China. Padahal sebelumnya Negeri Raja Salman itu diketahui teman akrab Amerika Serikat (AS).

Setidaknya ada beberapa indikasi kedekatan. Mengutip Wall Street terbaru, salah satunya adalah kemungkinan lawatan Xi Jinping ke Arab Saudi, Mei nanti.

Arab Saudi disebut mengundang resmi Xi untuk memperkuat hubungan keduanya. Jika ia benar datang, ini akan menjadi kunjungan perdana Xi Jinping ke luar negeri, selama pandemi.

Bukan hanya itu, Arab Saudi juga disebut sedang dalam pembicaraan aktif dengan China terkait penggunaan mata uang Yuan untuk membeli minyak. Hal ini disebut sebagai langkah baru guna mengurangi dominasi dolar AS di pasar minyak global.

Wall Street Journal juga menulis, pembicaraan ini sebenarnya sudah terjadi selama enam tahun terakhir. Namun ketidaksenangan Arab Saudi pada komitmen keamanan AS pada kerajaan beberapa dekade ini membuat pembicaraan kian gencar.

"Arab Saudi marah atas kurangnya dukungan AS untuk intervensi mereka dalam perang saudara Yaman dan atas upaya pemerintahan Biden untuk mencapai kesepakatan dengan Iran mengenai program nuklirnya," tulis media itu mengutip sumber, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (24/3/2022).

"Para pejabat Arab Saudi mengatakan mereka terkejut dengan penarikan mendadak AS dari Afghanistan tahun lalu."

China sendiri telah membeli lebih dari 25% minyak yang diekspor Arab Saudi. Jika dihargai dalam yuan, penjualan tersebut akan mendongkrak posisi mata uang China.

Arab Saudi juga mempertimbangkan untuk memasukkan kontrak berjangka berdenominasi yuan, yang dikenal sebagai petroyuan. China memperkenalkan kontrak minyak dengan harga yuan pada tahun 2018 sebagai bagian dari upayanya untuk membuat mata uangnya dapat diperdagangkan di seluruh dunia.

Menurut data dari Administrasi Umum Bea Cukai China, Arab Saudi adalah pemasok minyak mentah utama Tirai Bambu pada tahun 2021, disusul Rusia. Negara Islam itu menjual 1,76 juta barel per hari.

"Dinamika telah berubah secara dramatis. Hubungan AS dengan Arab Saudi telah berubah," kata seorang pejabat Saudi yang mengetahui pembicaraan tersebut.

"China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia dan mereka menawarkan banyak insentif yang menguntungkan kepada kerajaan."

Selama ini pembelian minyak menggunakan sistem petrodolar. Ini merupakan sebuah kesepakatan berlaku pada transaksi perdagangan minyak dunia, di mana setiap pembelian minyak yang dilakukan hanya bisa menggunakan dolar sebagai mata uang pembayarannya

Halaman 2>>

Sebenarnya kedekatan kedua negara, dikabarkan media asing sudar terjalin sejak Desember 2021. Arab Saudi disebut memproduksi rudal balistik dengan bantuan China.

CNN International melaporkan hal ini dari laporan badan intelijen AS. Gambar satelit yang diperoleh media itu bahkan menunjukkan bahwa kerajaan tengah memproduksi rudal di sebuah lokasi.

Foto itu diambil oleh Planet, sebuah perusahaan pencitraan komersial, antara 26 Oktober dam 9 November. Operasi pembakaran terjadi di fasilitas dekat Dawadmi, Arab Saudi.

"Bukti kuncinya adalah bahwa fasilitas tersebut mengoperasikan 'lubang pembakaran' untuk membuang sisa propelan padat dari produksi rudal balistik," kata seorang ahli senjata dan profesor di Institut Studi Internasional Middlebury yang meninjau laporan tersebut Jeffrey Lewis.

"Fasilitas produksi rudal propelan padat sering kali memiliki lubang pembakaran di mana sisa propelan dapat dibuang dengan cara dibakar. Oleh karena itu, operasi pembakaran merupakan tanda kuat bahwa fasilitas tersebut secara aktif melakukan casting motor roket padat."

Meski sekutu AS, Washington dan Riyadh panas karena isu pelanggaran HAM. Pembelian senjata oleh Arab Saudi ke AS pun sempat terhenti karena ini.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular