BOS SKK Migas Ungkap Target 1 Juta Barel Makin Berat, Kenapa?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
23 March 2022 11:35
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto
Foto: Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan bahwa target produksi 1 juta barel minyak per hari (bph) pada tahun 2030 semakin berat. Hal itu mengingat capaian produksi pada awal tahun 2022 ini masih rendah dan jauh dari yang ditargetkan pada tahun ini.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan target produksi minyak siap jual atau lifting pada tahun ini sebesar 703 ribu bph. Adapun target ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu yang hanya terealisasi 660 ribu bph.

Namun demikian, di awal tahun ini berdasarkan catatan SKK Migas, realisasi produksi lifting minyak baru mencapai 632 ribu bph. Masih rendahnya produksi tersebut disebabkan oleh adanya gangguan yang tak direncanakan (unplanned shutdown) di beberapa blok minyak andalan seperti Blok Rokan dan Blok Cepu.

"Bisa bayangkan kalau kita bicara 1 juta barel menjadi sangat berat sekali apalagi dilihat bahwa target kita tahun ini 703 ribu bph," kata Dwi dalam acara Drilling Summit Tahun 2022, Rabu (22/3/2022).

Oleh sebab itu, Dwi berharap agar persoalan unplanned shutdown dapat segera dicari solusinya. Pasalnya, hal ini sangat berdampak dengan pencapaian produksi migas.

"Yang lucu sekarang peralatan elektronik di Rokan sesuatu yang sangat sepele terbakarnya penangkal petir itu membuat produski rontok. Kemudian di Blok Cepu terbakarnya sambungan kabel, jadi we do hope semuanya sangat detail memeriksa fasilitas yang ada sehingga tidak terjadi unplanned shutdown," kata dia.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji mengatakan jika target produksi minyak 1 juta bph dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BCFD) pada 2030 mendatang tecapai, maka RI dapat menekan impor minyak RI sebesar 1,1 juta bph menjadi hanya sekitar 324 ribu bph.

Adapun dengan capaian tersebut, negara ini dapat menghemat devisa sebesar US$ 14,1 miliar atau sekitar Rp 201,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$) per tahun hingga 2040.

"Dengan tercapainya target produksi minyak 1 juta bph akan menekan impor minyak dari 1,1 juta bph menjadi 324.000 bph dan penghematan devisa hingga 2040 sebesar US$ 14,1 miliar per tahun," tuturnya beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan, demi mencapai target tersebut, Menteri ESDM telah membentuk tim satuan tugas (task force). "Untuk mendukung (target) itu, telah dibentuk task force demi mempercepat produksi," ungkapnya.

Setidaknya, terdapat enam task force di masing-masing program untuk memonitoring, pengawasan hingga perencanaan pada program percepatan Plan of Development (POD), percepatan pengeboran, pengurasan minyak tahap lanjut atau Enhanced Oil Recovery (EOR), insentif fiskal, migas non konvensional, dan eksplorasi.

Menurutnya dengan adanya tim task force membuat pemerintah semakin optimistis dapat mencapai target tersebut dengan tetap mengedepankan keselamatan migas. Terlebih, konsumsi minyak Indonesia lebih besar dibandingkan produksi. Sedangkan gas, kondisinya lebih baik dengan surplus produksi serta cadangan yang lebih besar.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Minyak RI Mau Capai 1 Juta Barel? Ini Nih Kuncinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular