Alarm Keras! Tanda-Tanda Harga Gula Ngamuk, Stok Langka
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah diminta mendesak pemilik izin impor gula tahun 2022 segera merealisasikan pemasukan. Pasalnya, ada indikasi kelangkaan stok di dalam negeri sementara musim giling diprediksi baru sekitar bulan Mei 2022. Meski, beberapa PG di Sumatera Utara dilaporkan telah mulai giling.
Sementara, kebutuhan gula nasional setiap bulannya diproyeksikan mencapai 250 ribu ton. Dan, biasanya akan naik 10-15% pada saat Ramadan-Lebaran. Akibatnya, harga gula di dalam negeri diprediksi masih akan bertengger tinggi di atas Rp14.200 per kg.
Di sisi lain, perang Rusia-Ukraina dikhawatirkan memicu ketidakpastian berkepanjangan di pasar komoditas. Termasuk efek domino terhadap harga-harga komoditas.
Mengacu ke tradingeconomics.com, harga gula di pasar internasional di perdagangan Senin, 7 Maret 2022 terpantau kembali menanjak ke atas 19,45 sen dolar AS per pon mendekati level rekor 5 tahunan di 20,42 sen dolar AS per pon pada medio November 2021. Sementara, ongkos kargo diprediksi masih akan tetap tinggi dengan ketersediaan kapal yang terbatas.
"Harga gula mendekati 20 sen dolar AS per pon. Saat ini bergerak di atas 19 sen dolar AS per pon atau US$470 per ton. Ini eskalasi dari 17,5 sen lalu ke 18 sen hingga saat ini di 19 sen. Ini termasuk tinggi dan pemerintah perlu was-was," kata Ketua Umum Ikatan Ahli Gula (Ikagi) Aris Toharisman kepada CNBC Indonesia, Senin (7/3/2022).
Seperti diketahui, pemerintah memberikan izin impor 1,1 juta ton gula untuk tahun 2022.
Sebanyak 250 ribu ton diantaranya diberikan kepada PTPN III Holding Perkebunan. Dimana, dari total kuota tersebut, sebanyak 150 ribu ton berupa gula kristal putih (GKP) untuk siap konsumsi.
Kemudian, PTPN III Holding Perkebunan juga mendapat kuota impor raw sugar (gula kristal mentah) sebanyak 100 ribu ton. Dan, BUMN pangan, PT RNI (Persero) mendapat kuota impor sebanyak 57 ribu ton raw sugar.
![]() Tabel estimasi gula 2021 (Dok: AGI) |
Sedangkan, 793 ribu ton sisanya adalah kuota impor raw sugar yang diberikan kepada pabrik gula (PG) swasta.
Izin itu sebagai insentif dari pemerintah bagi investasi PG swasta baru, dengan syarat tetap harus mengembangkan lahan tebu sendiri. Atau, setidaknya menguasai pasokan tebu sekitar 20% terhadap kapasitas PG.
Sehingga, total impor raw sugar yang akan diolah jadi GKP untuk kebutuhan konsumsi adalah sebanyak 950 ribu ton. Setelah diolah oleh PG di dalam negeri, raw sugar tersebut setara 893.570 ton GKP.
"Pemasukan GKP oleh PTPN III Holding Perkebunan sudah hampir rampung semua. Bertahap berdatangan 22 ribu ton, lalu 26 ribu ton melalui Belawan, lalu 30 ribu ton lewat Priok. Sudah hampir semua dan langsung didistribusikan," kata Aris yang juga CEO PT Sinergi Gula Nusantara.
Sedangkan, pemasukan oleh RNI, lanjut dia, kemungkinan terealisasi sekitar 3 minggu mendatang.
"Nah, yang sisanya ini belum direalisasikan karena katanya PG-PG swasta yang dapat izin menunggu musim giling. Padahal, musim giling baru nanti bulan Mei. Ini yang menyebabkan ada sedikit kelangkaan sehingga harga gula di dalam negeri masih tetap tinggi," jelasnya.
Karena itu, lanjut dia, pemerintah harus mendorong pemilik kuota impor raw sugar segera melakukan pembelian.
"Nggak usah menunggu musim giling. Langsung saja sekarang biar bisa diolah lalu didistribusikan segera. Kalau harus menunggu musim giling, nanti nggak akan bisa menopang kebutuhan Lebaran yang tahun ini jatuh di awal Mei," ujarnya.
Belum lagi, lanjut dia, perang Rusia-Ukraina menambah ketidakpastian di pasar internasional.
Dia menjelaskan, akibat pandemi Covid-19, rantai pasok global terganggu dan memicu lonjakan ongkos kargo hingga saat ini mencapai 9-10 kali lebih mahal dibandingkan sebelum pandemi.
"Biaya freight (kargo) sekarang rata-rata US$70 per ton untuk AS termasuk Brasil, kalau Australia itu sekitar US$40 per ton, sementara Thailand US$25 per ton. Perang Rusia-Ukraina ini pun mendongkrak lagi harga freight. Sekarang sudah naik 20%, kalau perang lanjut bisa-bisa freight naik lagi 2 kali lipat dari sekarang," ujar Aris.
Karena itu, imbuh dia, realisasi impor mendesak dilakukan segera.
"Nggak usah menunggu musim giling atau harga turun. Iya kalau barangnya langsung dapat karena ketidakpastian di global," ujarnya.
Dengan kondisi kelangkaan saat ini, kata dia, kemungkinan harga gula di dalam negeri belum akan turun. Situs PIHPS menunjukkan, harga gula pasir lokal masih bertengger di Rp14.200 per kg, sementara gula premium di atas Rp15.000 per kg.
"Kelihatannya harga masih akan di kisaran itu. Karena impornya nggak segera dan kapal pun masih sulit karena pihak asuransi juga khawatir akibat faktor keamanan," kata Aris.
[Gambas:Video CNBC]
Siap-Siap RI Bakal Diserbu Gula Impor, Bahaya?
(dce/dce)