'Kiamat' Gula Impor Bakal Hantam RI, Petani Menjerit!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 1,1 juta gula impor bakal masuk Indonesia. Gula tersebut diprediksi masuk pasar konsumsi secara bertahap setidaknya hingga Juli 2022.
Karena itu, Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) khawatir harga gula di tingkat petani justru akan anjlok. Saat ini, kata Sekjen APTRI M Nur Khabsyin, harga gula terbilang bagus. Hanya saja, belum masuk musim giling.
"Giling di bulan Mei. Soal harga, biasanya kalau panen harga drop digrojok impor. Saat ini harga bagus tapi petani tidak punya gula sebab belum panen. Saat ini ada izin impor 1,1 juta ton gula konsumsi," kata Nur Khabsyin kepada CNBC Indonesia, Minggu (27/2/2022).
Jika gula impor masuk pasar domestik saat musim giling, ujarnya, akan menekan harga petani.
"Kalau masuk mendekati giling harga anjlok. Karena 1,1 juta ton itu nggak akan habis sampai Juli. Semua bakal digelontorkan ngejar harga bagus," imbuhnya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat mengatakan, pemerintah memberikan izin impor gula kristal putih (GKP) dan gula mentah (raw sugar) untuk digiling jadi GKP di dalam negeri.
"Saya nggak punya data rinci tapi kalau lihat jumlah 1,1 juta ton itu bisa GKP 150 ribu ton, sisanya raw sugar. Untuk pabrik gula rafinasi, biasanya (impor) cukup besar, tahun lalu saja sekitar 2 juta," kata Budi kepada CNBC Indonesia, Senin (28/2).
Sementara itu, Marketing Director Holding Perkebunan Nusantara PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Dwi Sutoro mengatakan, pihaknya mendapat penugasan impor 150 ribu ton GKP dan 100 ribu gula mentah.
"Delivery pertama GKP sudah mendarat di Belawan sebanyak 22 ribu ton dan dalam proses pengurusan untuk pengedaran. Delivery selanjutnya ke Jakarta - Tanjung Priok akan masuk GKP sekitar minggu kedua Maret 2022. Total 150 ribu GKP impor akan masuk semua sebelum puasa di awal April," tutur Dwi.
![]() Tabel estimasi gula 2021 (Dok: AGI) |
Kemudian, lanjut dia, total importasi 100 ribu ton raw sugar akan tiba di pelabuhan Belawan di awal pekan kedua Maret dan di pelauhan Tanjung Perak, Surabaya awal April 2022.
"Jadi total 250 ribu ton GKP dan raw sugar akan mendarat bertahap sampai awal April 2022. Raw sugar akan langsung diolah menjadi GKP dan dilakukan bersamaan dengan masa giling . Dan, begitu GKP impor sampai akan diedarkan bertahap sesuai kebutuhan pasar dan tidak akan menunggu sampai masa giling," jelasnya.
Dia menambahkan, masuknya GKP impor bisa mengisi kekosongan stok yang semakin menipis karena masa giling di Jawa baru mulai setelah puasa Ramadan.
"Setelah masa giling tahun 2021, Holding PTPN mampu mencadangkan GKP masa giling dalam stok gula nasional sekitar 300 ribu ton dan secara bertahap telah didistribusikan ke masyarakat dan masih cukup sampai gula GKP impor siap diedarkan dalam waktu dekat," ujarnya.
Jeritan Petani
Sementara itu, APTRI mendesak pemerintah merevisi acuan harga pokok pembelian (HPP) maupun harga eceran tertinggi (HET) gula tani yang sudah enam tahun tidak naik.
"HPP gula tani sebesar Rp9.100 per kg dan HET gula Rp12.500 per kg. Sudah 6 tahun tidak naik dan ini sangat merugikan petani. HPP gula tani saat ini sudah jauh di bawah biaya pokok produksi (BPP) yang kini sudah mencapai Rp11.000 per kilogram. Padahal, idealnya HPP di atas BPP agar petani tebu bisa untung," kata Nur Khabsyin.
Apalagi, lanjut dia, memasuki musim giling, pemerintah sudah sewajarnya menaikkan HPP dari saat ini.
"Untuk besaran harga acuan HET kami mengusulkan Rp14.000 per kg atau HET dihapus saja. Juga, agar impor gula rafinasi dan gula konsumsi dibatasi. Dan segera benahi mekanisme perdagangan gula rafinasi karena masih banyaknya rafinasi bocor,"ujarnya.
[Gambas:Video CNBC]
Anomali! Harga Gula Tak Biasanya Ngamuk di Awal Tahun
(dce/dce)