
Ukraina-Rusia Perang, Harga Minyak Terbang, Indonesia Aman?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia malah ketiban durian runtuh alias untung saat perang meletus antara Rusia dan Ukraina. Ini dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Dilihat penerimaan dan pengeluaran, dampaknya net-nya kurang lebih positif. Kalau migas (minyak dan gas bumi)," ungkap Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan dalam program PROFIT CNBC Indonesia, Rabu (2/3/2022)
Perang yang berlangsung sejak beberapa hari lalu, mendorong kenaikan harga minyak dunia sampai melewati US$ 100 barel. Beberapa komoditas lain juga alami kenaikan seperti batu bara, minyak kelapa sawit (CPO), nikel, dan lainnya.
Dalam dokumen Nota Keuangan dan APBN 2022, setiap kenaikan harga minyak rata-rata US$ 1 dari asumsi akan berdampak positif (dengan catatan seluruh asumsi lainnya dianggap tetap atau ceteris paribus).
Berdasarkan hitungan Tim Riset CNBC Indonesia, belanja negara akan naik Rp 2,6 triliun tetapi pendapatan negara naik lebih tinggi yaitu Rp 3 triliun. Dengan demikian secara neto ada 'keuntungan' Rp 400 miliar.
Asumsi harga minyak dalam APBN 2022 adalah US$ 63/barel. Jika rata-rata harga minyak sepanjang tahun ini bisa US$ 100/barel, maka ada selisih US$ 37/barel.
Kalau setiap kenaikan US$ 1 bisa menambah pundi-pundi kas negara sebesar Rp 400 miliar, maka selisih US$ 37/barel akan membuat APBN yang dikelola Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati 'cuan' Rp 14,8 triliun.
Rinciannya pendapatan negara akan naik sebesar Rp 111 triliun dan belanja negara akan meningkat Rp 96,2 triliun.
Keuntungan tersebut belum termasuk dampak dari lonjakan harga komoditas internasional selain migas. Menurut Febrio, mengacu pada kondisi 2021, dampak ke penerimaan dari hal tersebut juga besar.
"Kenaikan harga komoditas itu kan dampaknya positif bagi APBN," ujarnya.
Pemerintah akan terus memantau perkembangan terkini dari kondisi ketegangan geopolitik tersebut. Sehingga tidak mengganggu tujuan untuk mempercepat pemulihan ekonomi tanah air.
"Pemerintah kan tidak pernah mencari untung. Pemerintah melihat ini agar risiko APBN terjaga. Tujuanya pemulihan ekonomi tetap terjaga dan masyarakat perlu kita lindungi," pungkasnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mungkinkah RI Ketiban 'Durian Runtuh' Lagi di 2022?