Harga Batu Bara Sentuh US$ 305/Ton, Rekor Baru!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 March 2022 08:26
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara 'terbang'. Perkembangan konflik di Eropa menjadi faktor pendorong harga si batu hitam.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 305,45/ton. Melesat 21,45% sekaligus menjadi rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.

Harga batu bara sedang menjalani tren positif. Dalam sebulan terakhir, harga komoditas ini 'terbang' 58,68% secara point-to-point.

Prospek peningkatan permintaan akan menjadi penopang kenaikan harga batu bara. Konflik Rusia-Ukraina menyebabkan pasokan gas alam di Eropa terancam.

Negeri Beruang Merah adalah pemasok sekitar 35% kebutuhan gas di Benua Biru. Perang, plus berbagai sanksi bagi Rusia, akan membuat pasokan itu terancam seret.

Oleh karena itu, batu bara akan kembali dilirik sebagai sumber energi primer pengganti gas alam. Jerman sudah membuka wacana soal ini.

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap gas alam dari Rusia, pemerintah Jerman berencana memperpanjang 'masa bakti' pembangkit listrik bertenaga batu bara. Sebelumnya, Negeri Panser punya rencana untuk mempensiunkan pembangkit listrik batu bara pada 2030.

"Perkembangan dalam beberapa hari terakhir menunjukkan kepada kita semua bahwa kebijakan energi bukan hanya soal ekonomi dan lingkungan. Melainkan juga keamanan. Kita harus mengubah ketergantungan kita terhadap impor energi dari satu negara," tegas Olaf Scholz, Kanselir Jerman, seperti dikutip dari Reuters.

Robert Hebeck. Menteri Ekonomi Jerman, menyatakan pemerintah mempertimbangkan untuk memperpanjang penggunaan pembangkit listrik bertenaga batu bara lebih lama dari target pensiun pada 2030. "Diskusi dan deliberasi bukanlah hal yang tabu. Tujuan Jerman adalah memilih negara yang akan memasok sumber energi," sebut Hebeck, juga diberitakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Kurang 'Vitamin', Harga Batu Bara Diramal Masih Lemah Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular