2 Tahun RI 'Dibombardir' Corona, Kapan Pandemi Usai?

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
02 March 2022 10:20
Warga melintas kawasan Stasiun MRT BNI City, Jakarta, Selasa (26/5). Usai libur Hari Raya Idulfitri 1441 H sejumlah pekerja sudah terlihat masuk. Pemerintah telah mengambil keputusan untuk menggeser cuti bersama Lebaran 2020 akibat wabah virus corona (Covid-19). Dengan begitu, jadwal libur hari raya hanya berlaku sampai H+1 Lebaran atau pada pada 25 Mei 2020, termasuk untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pantauan CNBC Indonesia  penerapan normal yang baru atau new normal terlihat diberlakukan di sarana transportasi umum guna menunjang aktivitas warga yang bekerja di tengah pandemi virus Corona baru (COVID-19). Untuk diketahui, panduan bekerja di situasi new normal tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Warga melintas kawasan Stasiun MRT BNI City, Jakarta, Selasa (26/5). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, tepat dua tahun lalu pada tanggal 2 Maret 2020, untuk pertama kalinya Indonesia mengumumkan kasus pertama virus Corona (Covid-19).

Presiden Joko Widodo yang didampingi Terawan Agus Putranto, Menteri Kesehatan kala itu mengumumkan secara langsung kasus pertama dan kedua di Istana Kepresidenan Jakarta.

Kedua pasien tersebut adalah seorang perempuan berusia 31 tahun dan sang ibu yang berusia 64 tahun. Keduanya adalah warga Depok, Jawa Barat. Mereka terinfeksi setelah melakukan kontak erat dengan warga negara asing.

Sejak saat itu, penambahan kasus harian di Indonesia mengalami pasang surut. Dalam dua tahun terakhir, virus yang bermula dari Wuhan, China itu pun kerap bermutasi menjadi varian baru.

Setelah sebelumnya 'dihajar habis' oleh varian Delta, kini varian Omicron menjadi momok terbaru. Meskipun tidak separah Delta, varian asal Afrika Selatan ini telah membuat kasus Covid-19 melonjak secara signifikkan.

Berdasarkan data terkini, kasus Covid-19 di Indonesia dalam dua tahun terakhir mencapai 5.564.448.

Terlepas dari itu, dua tahun masa pandemi dirasa sudah cukup. Kini, semakin banyak pembicaraan tentang pandemi dan endemi. Banyak negara bahkan sudah mengklaim mereka dalam proses transisi menuju endemi.

Pemerintah Indonesia sendiri udah mulai menyiapkan skenario transisi pandemi menjadi endemi di Indonesia. Strategi tersebut saat ini tengah digodok bersama para ahli kesehatan dan epidemiolog.

Eks Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengatakan, wajar jika ada negara yang membuat pernyataan mereka dapat mengendalikan pandemi atau masuk dalam fase endemi.

"Tetapi, pernyataan satu, dua atau bahkan beberapa negara bahwa negara mereka sudah endemi sama sekali tidak berarti pandemi sudah selesai," kata Tjandra dalam keterangan resmi, Rabu (2/3/2022).

Wabah Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020. Jika berkaca pada situasi virus H1N1 yang ditetapkan sebagai pandemi pada 2009, WHO yang akan kembali memberikan pernyataan resmi terkait hal itu.

Tjandra mengemukakan, terkendalinya wabah Covid-19 di suatu negara ditentukan dari angka positivity rate di bawah 5%. Namun di Indonesia, angka positivity rate masih di atas 10%.

"26 Februari angkanya sudah menurun tapi masih cukup tinggi yaitu 15,19%, cukup jauh di atas batas 5% yang kita kehendaki bersama," jelasnya.

Indikator lainnya, sambung Tjandra, adalah angka reproduksi efektif di bawah 1. Namun, beberapa pihak menyebutkan angka reproduksi Indonesia masih di angka 1.161.

"Angka jumlah pasien dan kematian juga harus ditekan rendah, serta pelayanan kesehatan akan selalu siaga menghadapi kemungkinan kenaikan kasus," kata Tjandra.

Tjandra mengakui angka positivity rate dan angka reproduksi Indonesia sempat berada di bawah batasan yang ditetapkan. Namun, varian Omicron membuat angka tersebut kembali merangkak.

"Tentu kita amat perlu mewaspadai kemungkinan varian terbaru Covid-19 di dunia, sesuatu yang tidak terlalu mudah memprediksinya," katanya.

"Yang jelas, tentu kita semua berharap bahwa Covid-19 akan segera dapat diatasi di dunia dan juga negara kita. No one is save until everyone is save. Semoga," kata Tjandra.

Kapan Pandemi Berakhir?

Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan kabar melegakan. Fase akut pandemi Covid-19, disebut bisa berakhir pada pertengahan tahun 2022.

Fase akut berakhir karena angka vaksin yang tinggi di beberapa negara, ditambah rendahnya tingkat keparahan varian Omicron dibandingkan varian sebelumnya. Meski begitu, bukan berarti pandemi Covid-19 berakhir sepenuhnya.

"Tapi (pandemi Covid-19) tidak (berakhir sepenuhnya). Tidak ketika 70.000 orang dalam seminggu meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dan diobati," kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Tidak ketika 83% penduduk Afrika belum menerima vaksin dosis tunggal," lanjutnya. "Tidak ketika sistem kesehatan terus tegang dan retak di bawah beban kasus. Tidak ketika kita memiliki virus yang sangat menular yang beredar hampir tidak terkendali, dengan pengawasan yang terlalu sedikit untuk melacak evolusinya."

Meski fase akut pandemi berakhir, Ghebreyesus memperingatkan bahwa dunia tetap harus bersiap untuk potensi lebih banyak varian yang muncul. Bahkan, kata dia, kondisi ideal untuk varian yang lebih menular dan lebih berbahaya bisa terjadi.

Pernyataan optimis Tedros ini bukan yang pertama. Awal 2022, ia sempat berujar yakin status darurat kesehatan masyarakat bisa dicabut tahun ini.

Selain itu, Tedros juga meminta agar pasokan vaksin, alat tes corona hingga perawatan pasien diberikan secara adil. Menurutnya, dunia tidak akan bisa 'bebas' dari Covid-19, jika masih ada negara yang kesulitan untuk mengatasi pandemi karena keterbatasan fasilitas kesehatan.


(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Bukti Baru RI Segera 'Bebas' Dari Belenggu Covid, Tapi...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular